REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Kesehatan RI mencatat bahwa hingga 15 Maret 2022 terdapat 668 kasus Covid-19 akibat penularan subvarian omicron BA.2 di Indonesia. Subvarian tersebut dikenal juga dengan julukan "son of omicron" alias "stealth omicron".
Meski subvarian tersebut belum mendominasi, namun masyarakat diminta tetap waspada dan selalu menaati protokol kesehatan. Hal itu penting untuk mencegah lonjakan kasus Covid-19, seperti di Hong Kong, Korea Selatan, dan Inggris.
"Kita bisa melihat bagaimana BA.2 itu membuat kasus di beberapa negara seperti Hong Kong, Korea Selatan, dan Inggris meningkat lagi, jadi kita perlu mewaspadainya," kata Sekretaris Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat Kemenkes, Siti Nadia Tarmizi, dalam sebuah diskusi virtual, disimak di Jakarta, pada Kamis (17/3/2022).
Nadia menjelaskan, subvarian BA.2 memiliki tingkat transmisi yang lebih tinggi. Berdasarkan sebuah studi di Denmark, tingkat penularan BA.2 lebih tinggi dibandingkan varian omicron asli atau BA.1 di lingkungan rumah tangga dan klaster.
Replikasi BA.2 juga lebih cepat dibandingkan BA.1 pada sel epitel manusia sehingga berpotensi lebih menular. Sementara itu, untuk keparahan, data awal menunjukkan tingkat rawat inap di rumah sakit tidak berbeda jauh antara infeksi BA.2 dengan BA.1.