REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Civitas akademika dari sejumlah perguruan tinggi swasta di lingkungan LLDIKTI XIV Papua – Papua Barat, Jumat (18/2/2022), mengunjungi kampus Ukrida di Jakarta. Kunjungan ini untuk melihat implementasi Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM).
Dalam sambutannya, Wakil Rektor I Ukrida DR Lidia Sandra selaku Wakil memaparkan program MBKM oleh Ukrida. Ukrida membagi pengalaman MBKM sejak tahap persiapan, pelaksanaan sampai hasil yang dicapai, serta diakui bahwa implementasi MBKM sangat dinamis.
"Ukrida dari segi lintas keilmuan memperoleh peringkat pertama penelitian dalam program MBKM, dan pengalaman ini juga yang akan dibagikan bagaimana bisa memperoleh peringkat itu. Pemeringkatan diperoleh berdasarkan hasil seminar Pelaksanaan Program Penelitian implementasi kebijakan MBKM, dan Pengabdian kepada Masyarakat berbasis hasil penelitian dan purwarupa PTS beberapa waktu yang lalu," kata Lidi.
Lidia melanjutkan, bahwa dasar perguruan tinggi melaksanakan kebijakan MBKM adalah Permendikbud No. 3 tahun 2020 tentang Hak mahasiswa untuk belajar di luar kampus. Atas dasar itulah Ukrida melakukan persiapan dan mengidentifikasi bahwa ada mata rantai yang putus antara kompetensi yang diajarkan dengan kebutuhan dan kemajuan di dunia kerja, atau bisa dikatakan bahwa esensi kebijakan MBKM karena mahasiswa belum siap memasuki dunia kerja.
"Oleh karena itu, melalui MBKM, mahasiswa mempersiapkan diri dengan memilih jalan yang sesuai passion. Keluar dari zona nyaman akan membuat mahasiswa lebih berkembang dan merasakan sensasi belajar langsung di dunia nyata," kata Lidia.
Dijelaskan juga bahwa tidak ada batasan semester untuk memulai program MBKM. Asalkan ada kesiapan dari diri para mahasiswa, kurikulum yang mendukung dan fleksibel, program MBKM bisa dilaksanakan.
Menurut Lidia Sandra, PR utama bagi kebanyakan kampus adalah membenarkan kurikulum. Kebanyakan kampus memulai dari semester lima, yang terpenting tidak ada masalah dalam mengkonversi dan menyetarakan, entah ke free form, structured form, ataupun Blended form.
"Dalam pelaksanaannya perlu membentuk Tim Satgas sebagai penanggung jawab yang bertugas membantu setiap langkah, mulai dari pendaftaran hingga mahasiswa mendapat pengumuman diterima, serta melakukan evaluasi dan pengawasan. Langkah implementasi pun tidak harus dilakukan semua, semakin sedikit justru semakin baik," kata Lidia.
Pertemuan awal yang berlangsung di ruang rapat rektorat dengan cukup formal walaupun tetap santai, berpindah lokasi ke Junction yang kebetulan baru diresmikan. Suasana yang sudah santai menjadi lebih akrab yang diselingi musik dan lagu daerah Papua.
Seluruh peserta, baik tamu maupun tuan rumah sangat menikmati suasana diskusi dan sharing yang penuh keakraban ini. Beberapa permasalahan memang dihadapi oleh PTS di lingkup LLDIKTI XIV Papua – Papua Barat, antara lain posisi persoalan adat di dalam pelaksanaan pendidikan, serta dalam mengimplementasikan MBKM, tetapi hanya memiliki lima semester.
Selain itu ada masalah pembayaran di mana banyak mahasiswa memohon untuk melakukan pembayaran secara mengangsur. DR Oktavia selaku Wakil Rektor II Ukrida yang membidangi keuangan memberi tanggapan, bahwa hal serupa juga dialami oleh Ukrida. Ada juga pimpinan universitas kurang memahami bagaimana cara mengimplementasikan MBKM atau dari mana harus memulai, dan meminta pengarahan dari Ukrida.
Sementara, DR Lidia Sandra mengatakan bahwa dengan senang hati akan membantu, bahkan ada wacana melaksanakan pertukaran dosen. Tetapi sekali lagi, dalam sesi diskusi yang hangat seolah-olah persoalan yang dihadapi optimis bisa teratasi dengan semangat kebersamaan. Ukrida pun menempatkan diri dalam posisi mewujudkan semboyan Lead To IMPACT dalam membagi pengalaman, yang disambut dengan penuh apresiasi oleh saudara-saudara dari Papua.
Sementara dari koordinator BKP Magang, Olfien Wilsyie Riruma, mengatakan bahwa yang paling diminati mahasiswa adalah BKP Magang dan BKP Studi Indpenden. Memang sebelumnya harus sangat cermat dalam memahami aturan main dan mengkoordinasikannya dengan mahasiswa peserta. Sementara dari mahasiswa Ukrida peserta Kampus Mengajar MBKM (Vincent dan Tirza) juga membagi pengalamannya yang sangat berharga bisa mengikuti program ini, terlebih pihak universitas sangat memberi dukungan dalam fasilitas serta kemudahan.
"Tantangannya adalah sekolah yang dituju dalam melaksanakan program Kampus Mengajar MBKM ini adalah yang belum terakreditasi, serta masih minim sarana dan prasarana," kata Olfien.
Menutup acara pertemuan ini ada kata harapan agar bisa melaksanakan program MBKM dengan sebaik-baiknya sebagai bagian dari upaya memacu mahasiswa untuk berprestasi dalam berkreasi. Selain itu juga tetap mendukung upaya mencerdaskan bangsa sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-Undang. Dengan tekad yang sama pula menggaungkan “Jakarta dan Papua untuk Indonesia” dalam mengimplementasikan MBKM.