Sabtu 19 Mar 2022 22:24 WIB

Mengubah Stigma Buruk Matematika 

Stigma buruk matematika bisa diubah.

Rep: Dea Alvi Soraya/ Red: Muhammad Hafil
Pelatihan metematika Jago Berhitung Tanpa Linglung dengan metode Super Dede bersama Ahli Matematika Dede Supriyadi bekerjasama dengan Republika di Hotel Amarossa, Kota Bandung, Sabtu (19/3/2022). Melalui metode Super Dede ini, peserta pelatihan diajak untuk meninggalkan metode konvensional yang rumit dan menggantinya dengan metode praktis dan mudah agar matematika dapat menjadi pelajaran yang menyenangkan.
Foto: Mgj03 - Adinda Afifah Damayanti
Pelatihan metematika Jago Berhitung Tanpa Linglung dengan metode Super Dede bersama Ahli Matematika Dede Supriyadi bekerjasama dengan Republika di Hotel Amarossa, Kota Bandung, Sabtu (19/3/2022). Melalui metode Super Dede ini, peserta pelatihan diajak untuk meninggalkan metode konvensional yang rumit dan menggantinya dengan metode praktis dan mudah agar matematika dapat menjadi pelajaran yang menyenangkan.

REPUBLIKA.CO.ID,BANDUNG—Republika bekerjasama dengan SalaMath menggelar pelatihan Jago Berhitung Tanpa Linglung di Hotel Amaroosa Bandung, Sabtu (19/3/2022), yang menghadirkan Dede Supriyadi, Ahli Matamatika sekaligus penemu metode Super Dede. Dalam pelatihan ini, Dede mengenalkan motode hitung baru yang lebih mudah dan praktis dibanding metode hitung konvensional. 

Metode yang diberinama Super Dede ini, kata Dede, merupakan jawaban dari problema yang banyak dialami pelajar sekolah dasar dalam memahami penyelesaian soal hitung-menghitung, terutama perkalian. Berdasarkan survei yang dilakukan SelaMath, ditemukan bahwa mayoritas pelajar sekolah kelas enam sekolah dasar masih kesulitan menguasai teknik perkalian, dan metode Super Dede ini merupakan solusinya, kata Dede. 

Baca Juga

“Selama ini banyak sekali metode pengerjaan soal matematika yang memiliki pola-pola khusus sehingga banyak yang termanipulatif dengan pola khusus ini, karena formatnya tidak bisa diterapkan di seluruh soal atau seluruh angka, karena hanya berlaku untuk beberapa angka saja,” kata Dede kepada Republika, Sabtu (19/3/2022). 

“Sedangkan metode Super Dede ini pola dan format pengerjaannya tetap dan bisa diterapkan di berbagai jenis soal dan deret angka, artinya anak didik hanya perlu menguasai satu formula saja tanpa harus menghapalkan deret angka, karena formula itu bisa diaplikasikan untuk berbagai deret angka dan soal perkalian jenis apapun,” sambungnya, menambahkan bahwa metode ini sangat praktis jika dibandingkan dengan metode perkalian konvensional.

“Ini juga sudah kita buktikan, saat mengerjakan soal deret panjang menggunakan cara konvensional dengan cara Super Dede, terlihat sekali perbedaan durasi pengerjaannya, bisa kurang dari setengah durasi normal,” ungkapnya. 

Nada (13 tahun), salah satu peserta pelatihan, mengatakan sangat terbantu dengan metode Super Dede. Siswa tingkat pertama Sekolah Menengah Pertama (SMP) itu mengatakan, sebelum mengenal metode ini, dia biasa mengerjakan soal perkalian menggunakan pola susun bawah, yang menurutnya rumit dan memakan waktu. 

“Metodenya ngebantu banget. Sebelumnya kalau ngerjain soal perkalian pasti bingung terus coret-coretannya pasti panjang tapi pake ini jadi lebih gampang, cepet juga selesainya,” kata Nada. 

Ungkapan serupa juga dilontarkan Made (55). Wanita yang berprofesi sebagai guru matematika di salah satu sekolah dasar di Kota Bandung itu mengatakan sangat terbantu dengan adanya metode Super Dede. Menurutnya, metode ini dapat menjadi jawaban dari kesulitan yang banyak dialami guru-guru dalam mengajarkan matematika ke peserta didik. 

“Fenomena yang biasa dihadapi guru matematika saat mengajar adalah stigma bahwa Matematika adalah pelajaran yang sangat sulit, dan ternyata kesulitan itu bisa diatasi dengan metode dari Super Dede ini,” kata dia. 

Melalui pelatihan ini, dia mengaku banyak mendapatkan pencerahan dan teknik baru yang dapat disampaikan dan diajarkan kepada murid-muridnya. Dia berharap melalui metode Super Dede ini, generasi muda dapat lebih menyukai matematika dan stigma matematika sebagai pelajaran yang sulit dapat berubah. 

“Selama satu hari ini kami dilatih dari yang awalnya masih menggunakan metode penghitungan konvensional, hingga akhirnya mengerti bahkan memahami metode yang super mudah dari super Dede dan kami akan sampaikan dan ajarkan ke anak didik kami metode ajar ini sehingga stigma matematika dapat berubah menjadi pelajaran yang mudah dan menyenangkan,” tuturnya.

“Mudah-mudahan ilmu yang kita dapat ini dapat bermanfaat dan berguna bagi kami, anak didik kami, bahkan generasi muda secara umum, sehingga matematika dapat menjadi pelajaran yang digemari dan disenangi,” pungkasnya.

 

 

 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement