Ahad 20 Mar 2022 23:50 WIB

Nasib Leeds United Ditangan Jebolan MLS

Secara kualitas, Marsch memiliki potensi dalam membangun tim.

Mantan Pelatih kepala Leeds United Marcelo Bielsa.
Foto: AP/Jon Super
Mantan Pelatih kepala Leeds United Marcelo Bielsa.

Oleh : Agung Sasongko, Jurnalis Republika.co.id

REPUBLIKA.CO.ID, Magis Marcelo Bielsa di Leeds United berakhir sudah. Kurang lebih empat musim si gila menyulap Leeds United yang langganan Championsip naik level bergengsi ke Liga Primer. Capaian ini sangat bersejarah mengingat butuh waktu tiga dekade untuk kembali ke level teratas.

Di musim perdana di Liga Primer, Leeds United tampil agresif dengan strategi menyerang dan pressing ketat. The Whites pun nyaris menembuh zona Eropa. Lee Cooper dkk nangkring di peringatkan sembilan liga Primer di musim 2020-2021.

Memasuki musim kedua di Liga Primer, saya mulai membaca adanya magis Si Gila sudah hilang. Dari sejumlah ujicoba yang dilakukan, Leeds tak memperoleh hasil memuaskan.

Masuknya Junior Firpo yang menggantikan Gianni Alioski tak juga menunjukan permainan terbaiknya. Di saat bersamaan, sejumlah pilar yang membawa Leeds naik ke Liga Primer tak dipertahankan Bielsa. Pablo Hernadez dan Gaentano Berradi tak dipertahankan. Helder Costa pun dipinjamkan.

Kondisi kian runyam dengan keluar-masuk sejumlah pilar dari ruang perawatan. Lee Cooper dan Kalvin Phillips bergantian cedera. Diego Llorente pun acap kali cedera kambuhan. Di lini depan, Patrick Bamford cukup lama menepi.

Tak banyak yang bisa dilakukan Bielsa dengan skuad yang terbatas. Hasilnya, Leeds harus kebobolan lebih dari 60 gol, terburuk di Liga Primer.  Menurut catatan Opta, Leeds sudah kebobolan 20 gol selama bulan Februari. Catatan itu yang terburuk sejak Newcastle pada tahun 1986.

Harus diakui, performa buruk ini tak lepas dari strategi Bielsa yang dominan dalam penguasaan dan ofensif. Namun, pertahanan begitu mudah dijebol. Lini pertahanan begitu buruk dalam menangani set pieces lawan. Pada akhirnya, situasi ini membuat buruk kondisi tim.

Kisah petualangan Bielsa di Yorkshire akhirnya berakhir. Meski fans the Whites menaruh hormat padanya atas pencapaiannya selama empat musim namun ada juga yang geram dengan warisan yang ditinggalkan Bielsa.

Leeds kini harus bertarung dengan empat tim bawah klasemen untuk bisa bertahan. Selisih poinnya sangat kecil sehingga empat tim terbawah masih memiliki kesempatan untuk menyelamatkan diri dari degradasi.

Leeds akhirnya menunjuk mantan pelatih RB Salzburg, Jesse Marcsh sebagai pengganti Marcelo Bielsa. "Leeds United hari ini mengumumkan penunjukan Jesse Marsch sebagai pelatih kepala baru klub, menunggu izin internasional," demikian bunyi pernyataan di laman resmi Leeds United.

Secara kualitas, Marsch memiliki potensi dalam membangun tim. Prestasinya cukup lumayan, satu Supporter Shield, dua Austrian Bundesliga, dua Piala Austria, dan didaulat Pelatih Terbaik MLS pada 2015. Marsch juga merupakan pelatih yang terinspirasi strategi Ralf Rangnick yang kini melatih Manchester United.

Memang banyak ragu, apakah jebolan MLS mampu berbuat banyak di Liga Primer. Apalagi pendahulunya, Bob Bradles (Swansea City) dan David Wargner (Hudderfields Town) kurang sukses.

Setidaknya Marsch punya modal kuat untuk menyelamatkan The Whites. Meski harus diakui, skuad Leeds boleh dibilang pas-pasan. Saat menjalani tugas perdana ketika meladeni Leicester, banyak perubahan dalam segi permainan Leeds.

Lini belakang mulai rapih membangun pertahanan. Lini depan masih bermain agresif. Hanya saja, pada laga tersebut Leeds kurang beruntung. The Whites harus takluk dari The Foxes 0-1.

Pada laga kedua menghadapi Aston Villa di kandang, pemain Leeds justru tampil buruk. Tampak strategi yang dimainkan Marsch tak berjalan mulus. Lini belakang kembali jadi sorotan. Walhasil Leeds kebobolan tiga gol.

Pada laga ketiganya melawan Norwich City, Marsch coba melakukan perubahan. Mateusch Clich lebih dimainkan sedikit mendalam. Sementara, Andrew Forsaw bertugas mengalirkan bola ke depan. Patrick Bamford untuk pertama kali dimainkan sebagai starter.

Di awal laga, permainan Leeds cukup menjanjikan. Namun, buruknya penyelesaian akhir menjadi persoalan serius. Rapinha yang digadang mejadi juru gedor seolah mati angin. Jack Horrison juga tak juga menemukan sentuhan terbaiknya seperti musim lalu. Praktis hanya Dan James yang selalu tampil konsisten.  

Leeds unggul lebih dulu, namun bisa disamakan berhasil disamakan. Beruntung gol Joe Gelhart di menit akhir membawa tiga poin penting untuk Leeds.

“Salah satu hal yang saya sukai dari tim ini saat ini adalah komitmen mereka tidak peduli betapa sulitnya pertandingan, untuk bermain sampai akhir, berjuang untuk satu sama lain, untuk tidak pernah berhenti dan memberikan segalanya satu sama lain setiap saat," komentar Marsch.

Melihat dari laga melawan Norwich City, masih banyak hal yang perlu dibenahi Marsch. Leeds tampak mengalami kesulitan membangun kreasi serangan, baik melalui sisi kanan dan kiri. Lini pertahanan masih menjadi titik lemah dalam meladeni set pieces dan kecepatan serangan lawan.

Kelemahan ini yang perlu diantisipasi mengingat laga berikutnya tengah menunggu Southampton, Chelsea, Man City, dan Arsenal. Keempat tim ini tentu bakal menjadi lawan berat dalam upaya bertahan di Liga Primer.

Peluang mendulang poin praktis hanya menyisakan melawan Brighton, Watford, dan Brentford. Itu pun belum tentu jaminan poin penuh. Jadi, Leeds juga harus berharap lawan-lawan mereka di empat terbawah gagal mendulang poin. good luck lads

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement