REPUBLIKA.CO.ID, BRASILIA – Mahkamah Agung Brasil telah membatalkan larangan Telegram setelah dua hari memblokir aplikasi tersebut karena mengabaikan perintah.Larangan ini disebabkan karena Telegram dianggap menolak perintah untuk membekukan akun yang menyebarkan hoaks dan mengabaikan perintah pengadilan.
CEO Telegram Pavel Durov mengatakan perusahaan melewatkan email pengadilan.
“Kami mematuhi keputusan pengadilan sebelumnya pada akhir Februari dan menanggapi untuk mengirim permintaan penghapusan di masa mendatang ke alamat email khusus. Sayangnya, tanggapan kami hilang karena pengadilan menggunakan alamat email tujuan umum lama dalam upaya menghubungi kami. Akibatnya, kami melewatkan keputusannya pada awal Maret yang berisi permintaan penghapusan lanjutan. Kami telah menemukan dan memprosesnya serta menyampaikan laporan lain ke pengadilan,” kata Durov dalam pernyataannya Jumat (18/3/2022).
Durov menambahkan Telegram akan menunjuk perwakilan di Brasil dan menyiapkan kerangka kerja sehingga dapat menangani permintaan lebih cepat. Menurut The New York Times, Telegram memenuhi tuntutan pengadilan dengan menghapus informasi rahasia yang diposting di saluran Presiden Jair Bolsonaro dan menghapus akun pendukung Bolsonaro yang diduga menyebarkan informasi hoaks. Setelah itu, pengadilan membatalkan larangan tersebut.
Respons Telegram dinilai cepat sehingga larangan yang dijatuhkan oleh hakim tidak pernah berlaku. Perintah pengadilan memberi Apple, Google, ISP, dan penyedia telepon lima hari untuk memblokir aplikasi.
Demi menghindari kejadian serupa, Durov dan timnya membuat sejumlah perubahan pada aplikasi di Brasil. Para pejabat dikatakan khawatir tentang penyebaran informasi yang salah menjelang pemilihan umum Oktober nanti. Telegram akan mulai mempromosikan informasi terverifikasi dan memberi label pada postingan yang berisi kebohongan.
Selain itu, Telegram juga akan memantau 100 saluran paling populer di Brasil. Bolsonaro sayap kanan telah menggunakan Telegram sebagai sarana komunikasi dengan 1,2 juta pengikutnya setelah orang-orang seperti Twitter, Facebook dan YouTube mengambil sikap tegas terhadap informasi yang salah.
Dilansir Engadget, Senin (21/3/2022), Brasil telah menjadi pasar utama bagi Telegram. Menurut data dari Sensor Tower, warga di Brasil telah menginstal Telegram lebih dari 84 juta kali. Sehari sebelum pengadilan mengeluarkan larangan pada Telegram, pengguna iOS dan Android Brasil mengunduh aplikasi tersebut sekitar 4,9 juta kali.