REPUBLIKA.CO.ID, SHANGHAI -- Volkswagen akan membentuk usaha patungan dengan Huayou Cobalt dan Tsingshan Group. Pembentukan usaha baru ini untuk mengamankan pasokan bahan baku baterai listrik yakni nikel dan kobalt di China.
China merupakan pasar mobil terbesar di dunia sebagai dalam upaya memangkas biaya pada saat harga bahan baku melonjak. Langkah ini merupakan bagian dari dorongan 30 miliar euro (33,2 miliar dolar AS) oleh produsen mobil terbesar kedua di dunia itu untuk membangun jaringan pabrik sel baterai dan mengamankan lebih banyak akses langsung ke bahan baku vital yang dibutuhkan untuk memasok mereka.
Volkswagen, Huayou Cobalt dan Tsingshan telah menandatangani nota kesepahaman untuk usaha patungan di Indonesia, di mana lebih dari 10 persen dari cadangan bijih nikel laterit dunia berada. Pada tahap akhir ekspansi usaha, itu akan dapat memasok bahan baku untuk baterai kendaraan listrik senilai 160 gigawatt jam.
Usaha patungan kedua Volkswagen akan dibentuk dengan Huayou di wilayah Guangxi barat daya China untuk pemurnian nikel dan kobalt sulfat, produksi bahan prekursor dan katoda. "Kerja sama ini bertujuan untuk mencapai keuntungan biaya yang signifikan, mengamankan pasokan bahan baku dan mencapai rantai pasokan yang transparan dan berkelanjutan," katanya.
Kedua kemitraan menargetkan untuk berkontribusi pada target jangka panjang perusahaan untuk mengurangi biaya hingga 30-50 persen pada setiap baterai. Saat ini, harga nikel global telah melonjak hampir 400 persen tahun ini akibat krisis Ukraina.
Rusia adalah pemasok utama nikel, Invasinya ke Ukraina dan pengenaan sanksi berikutnya terhadap Moskow oleh Barat menyalakan api di bawah pasar yang sudah panas.
Tsingshan telah menjadi produsen nikel top dunia berkat pengembangan proses berbiaya rendah untuk membuat logam tersebut. Perusahaan sudah memiliki investasi besar di Indonesia, termasuk usaha patungan lainnya dengan Huayou.
Langkah Volkswagen mengikuti pengumuman Ford minggu lalu menguraikan rencana untuk usaha patungan sel nikel di Turki.