Rabu 23 Mar 2022 14:20 WIB

Sel Imun Ternyata Lebih Rentan Alami Peradangan Setelah Terkena Covid-19

Sel imun retan alami peradangan beberapa bulan setelah terkena Covid-19.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Nora Azizah
Sel imun retan alami peradangan beberapa bulan setelah terkena Covid-19.
Foto: youtube
Sel imun retan alami peradangan beberapa bulan setelah terkena Covid-19.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sel imun tertentu bisa menjadi lebih rentan terhadap inflamasi atau peradangan, beberapa bulan setelah seseorang terkena Covid-19 ringan. Kerentanan ini akan membaik sekitar satu tahun kemudian.

Pernyataan ini didasarkan pada sebuah studi terbaru yang dilakukan oleh peneliti dari Karolinska Institute, Helmholtz Center Munich, dan Technical University of Munich serta dipublikasikan dalam jurnal Mucosal Immunology. Studi ini dilakukan untuk mengetahui perubahan imun yang mungkin terjadi pada kasus Covid-19 ringan.

Baca Juga

Dalam studi ini, tim peneliti mengumpulkan sampel darah dari 68 orang yang sebelumnya terdiagnosis dengan Covid-19 ringan. Tim peneliti juga menggunakan sampel darah dari orang-orang yang belum terkena Covid-19 sebagai pembanding. Sampel darah dari penyintas Covid-19 diambil dua kali, yaitu pada kurun waktu 3-5 bulan setelah infeksi dan sekitar satu tahun setelah infeksi.

Para peneliti secara spesifik berfokus pada makrofag, yaitu sel darah putih yang berperan dalam mendeteksi "penyusup" asing yang masuk ke dalam tubuh. Makrofag juga berperan dalam memberitahu sel imun lain mengenai infeksi yanh terjadi. Selain itu, makrofag mampu menelan bakteri yang menyusup masuk ke dalam tubuh.

Peneliti mendorong makrofag untuk beraksi dengan cara memaparkan makrofag pada sinyal infeksi tiruan. Setelah itu, tim peneliti melakukan penilaian mengenai bagaimana makrofag bereaksi dan melihat gen apa yang bekerja secara aktif.

Makrofag yang diambil dalam kurun waktu 3-5 bulan setelah infeksi Covid-19 ringan tampak memiliki perilaku berbeda dibandingan makrofag yang diambil dari orang-orang yang belum pernah terkena Covid-19. Perbedaan ini khususnya b2erlaitan dengan jumlah moekul yang dilepaskan oleh makrofag. Makrofag dari orang yanh terinfeksi tampak melepaskan lebih banyak molekul yang berkaitan dengan terjadinya inflamasi.

Seperti diketahui, inflamasi merupakan aspek kunci mengenai bagaimana tubuh merespons infeksi kuman, seperti virus corona. Namun di beberapa kasus Covid-19, respons imun bisa menjadi pedang bermata dua yang berdampak pada kerusakan di sekujur tubuh. 

"Bahkan pada kasus penyakit yang ringan, kami menemukan adanya perubahan respons pada sel imun, beberapa bulan setelah penyembuhan infeksi," jelas peneliti Craig Wheelock, seperti dilansir //Gizmodo, Rabu (23/3/2022).

Inflamasi yang terjadi setelah pemulihan Covid-19 kerap dikaitkan dengan kondisi long Covid. Kondisi ini diyakini lebih umum dialami oleh penyintas Covid-19 berat. Namun studi ini dan beberapa studi lainnya mengindikasikan bahwa kasus Covid-19 ringan juga bisa dihadapkan dengan masalah long Covid.

Berdasarkan studi, sekitar 16 persen partisipan yang pernah mengalami Covid-19 ringan juga melaporkan gejala berkepanjangan atau long Covid. Gejala long Covid ini muncul dalam kurun waktu 3-5 bulan setelah terkena Covid-19. Menariknya, perubahan inflamasi yang terlihat pada makrofag para partisipan ini tampak memudar setelah 12 bulan.

"Meski setelah seseorang kembali sehat, sistem imun mereka menunjukkan sebuah perubahan fungsi selama setidaknya beberapa bulan," pungkas Wheelock.

Terlepas dari itu, studi terbaru ini memiliki beberapa keterbatasan. Salah satunya adalah jumlah sampel yang terbilang kecil. Relevansi temuan ini terhadap kasus long Covid juga belum benar-benar jelas, karena para pasien tidak diteliti secara eksplisit.

"Temuan ini tidak menjelaskan mekanisme long Covid," pungkas Wheelock.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement