REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rusia menembakkan peluru kendali hipersonik dalam perang di Ukraina. Senjata ini melesat melebihi Mach 5 dan bisa menghindar dari intersepsi radar lebih lama dibanding rudal balistik konvensional.
Video sebuah gudang senjata di bunker bawah tanah di desa Deliatyn, 100 kilometer dari perbatasan Ukraina ke Romania yang dihantam peluru kendali Kinzhal, dengan cepat viral mendunia.
Rusia untuk pertama kalinya mengerahkan peluru kendali hipersonik dalam perang di Ukraina. Rudal Kinzhal terbukti bisa menembus bunker bawah tanah gudang senjata Ukraina itu dan menghancurkannya. Mata dunia melihat dengan jelas kedahsyatan misil hipersonik buatan Rusia.
Berbeda dengan misil balistik konvensional, rudal hipersonik memiliki kecepatan hiper tinggi dan jauh lebih sulit ditangkal oleh sistem pertahanan peluru kendali biasa.
Secepat apa misil hipersonik?
Peluru kendali hipersonik disebut bisa melesat lima sampai 10 kali lipat dari kecepatan suara. Dalam bahasa teknisnya disebut Mach 5 hingga Mach 10. Sejauh ini tidak ada definisi tetap berapa kecepatan suara, karena itu tergantung beberapa variabel, misalnya medium yang dilalui dan temperaturnya.
Namun sebagai perbandingan, pesawat terbang supersonik Concorde melesat dengan kecepatan 2.180 km/jam atau sekitar Mach 2. Jadi bisa dikira-kira kecepatan peluru kendali hipersonik antara 6.000 hingga 10.000 km/jam.
Peluru kendali yang ditembakkan ke desa Deliatyn dalam perang di Ukraina adalah "Kinzhal" atau belati, yang panjangnya sekitar 8 meter.
"Saking cepatnya misil ini, tekanan udara di depan rudal membentuk awan plasma saat meluncur, yang menyerap gelombang radio,” ujar seorang pakar senjata di situs Military.com.
Faktor-faktor inilah yang membuat Kinzhal atau rudal hipersonik lainnya sangat sulit dilacak oleh radar sistem pertahanan.