REPUBLIKA.CO.ID, CHICAGO -- Menurut sebuah penelitian yang diterbitkan Jumat (25/3/2022) di Journal of Animal Ecology, para peneliti menemukan beberapa spesies burung di daerah Chicago bersarang dan bertelur hampir sebulan penuh lebih awal daripada yang mereka lakukan seabad yang lalu. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan koleksi sampel telur modern dan era Victoria.
Para ilmuwan menyalahkan krisis iklim sebagai penyebabnya. Dari 72 spesies yang didokumentasikan dalam data mereka, sepertiga telah bersarang lebih awal dan lebih awal. Burung yang mengubah kebiasaan bersarangnya rata-rata bertelur sekitar 25 hari sebelum waktunya.
Tim mempelajari koleksi telur dari Field Museum di Chicago, Western Foundation of Vertebrate Zoology dan Chicago Academy of Sciences. Para ilmuwan melihat kenaikan suhu untuk menjelaskan perubahan perilaku.
Kurator burung di Field Museum dan penulis utama studi tersebut John Bates mengatakan sebagian besar burung dalam data memakan serangga. Serangga itu memakan tumbuhan, sehingga seluruh ekosistem terhubung. Hasil penelitian ini sesuai dengan pola pada komunitas serangga dan tumbuhan.
“Tekanan ini belum tentu menyebabkan kepunahan, tetapi mereka pasti mengubah kondisi yang dihadapi semua organisme ini,” kata Bates, dilansir dari CNN, Ahad (27/3/2022).
“Dan itu mungkin memiliki konsekuensi yang sangat penting--dan hal seperti itu berpotensi memiliki implikasi besar bagi manusia juga,” ujarnya.
Dari dua koleksi telus yang dianalisis, yang pertama menyertakan data dari sekitar tahun 1880 hingga 1920. Kumpulan kedua berkisar antara 1990 hingga 2015, meninggalkan banyak sekali informasi yang hilang. Kesenjangan itu, kata peneliti, akibat menurunnya minat terhadap hobi mengoleksi telur setelah tahun 1920.
Mason Fidino, rekan penulis makalah dan ahli ekologi kuantitatif di Kebun Binatang Lincoln Park Chicago, mengembangkan model untuk menggabungkan perkiraan perubahan waktu bersarang mereka ke depan,
Studi lain menemukan bahwa migran Amerika Utara tampak menyusut sebagai respons terhadap perubahan iklim. Tindak lanjut menunjukkan bahwa burung yang memiliki otak lebih besar, relatif terhadap ukuran tubuh mereka, tidak menyusut sebanyak rekan mereka yang berotak lebih kecil.