Ahad 27 Mar 2022 23:23 WIB

Ini Faktor Risiko Terbesar dari Tuberkulosis Menurut Dokter

Tuberkulosis merupakan salah satu penyakit infeksi yang berpotensi serius.

Faktor risiko terbesar dari penyakit tuberkulosis (TB) adalah rokok. (ilustrasi)
Foto: www.freepik.com.
Faktor risiko terbesar dari penyakit tuberkulosis (TB) adalah rokok. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dokter spesialis paru di Siloam Hospitals Makassar, dr Adrianne Marissa Tauran, mengatakan faktor risiko terbesar dari penyakit tuberkulosis (TB) adalah rokok. Dia menyebut musuh utama dari kesehatan paru adalah rokok.

"Rokok secara langsung dan tidak langsung dapat menyebabkan tuberkulosis, yang melalui penurunan daya tahan tubuh, merusak fungsi paru. Jadi bagi perokok diwajibkan untuk segera mengubah gaya hidup dengan berhenti merokok," ujar Adrianne melalui siaran pers di Jakarta, Ahad (27/3/2022).

Baca Juga

Tuberkulosis, kata dia, merupakan salah satu penyakit infeksi yang berpotensi serius. Penyakit ini dapat terjadi pada berbagai organ tubuh, namun sering kali menyerang paru-paru.

Bakteri yang menyebabkan tuberkulosis ditularkan dari satu orang ke orang lainnya melalui droplet kecil di udara yang dilepaskan melalui batuk dan bersin. Untuk mencegah penularan tuberkulosis, masyarakat harus menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat. Konsumsi pula makanan yang bergizi karena jika daya tahan tubuh kurang, maka akan lebih mudah terpapar tuberkulosis dibandingkan dengan orang yang daya tahan tubuhnya baik.

Jangan lupa selalu menggunakan masker atau menutup mulut sewaktu batuk atau bersin agar dapat menghindari terjadinya penularan dan penderita tidak meludah di sembarang tempat. "Namun perlu diketahui juga bahwa tidak semua penderita TB itu harus memiliki gejala batuk, sesak napas, batuk berdarah, harus berat badan turun, harus mengalami lemas," kata dokter yang karib disapa dokter Anke ini.

Secara umum, menurut dia, daya tahan tubuh yang baik dapat mencegah seseorang tertular penyakit tuberkulosis. Pada kasus anak yang mengalami TB, ujar dia, anak tersebut tidak menularkan tuberkulosis karena anak belum dapat melakukan percikan melalui batuk atau bersin yang dapat disemburkan.

Menurut dia, kasus tuberkulosis cukup bisa disembuhkan. Pengobatannya cukup dalam waktu enam bulan dengan kondisi normal, yang terbagi dalam dua tahap, yaitu fase awal, pengobatan selama dua bulan dengan minum obat setiap hari. Sementara untuk fase lanjutan, katanya, pengobatan selama empat bulan, dengan minum obat selang satu hari.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement