Rabu 30 Mar 2022 00:10 WIB

Penelitian: Manusia Bisa Hidup Hingga Usia 150 Tahun

Para peneliti dunia menyimpulkan batas mutlak usia manusia hingga 150 tahun.

Rep: Rahma Sulistya/ Red: Nora Azizah
Para peneliti dunia menyimpulkan batas mutlak usia manusia hingga 150 tahun.
Foto: Pxfuel
Para peneliti dunia menyimpulkan batas mutlak usia manusia hingga 150 tahun.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah penelitian terbaru menyebutkan bahwa manusia bisa hidup sampai usia maksimal 150 tahun. Jenius Harvard, Biohacker, hingga Miliarder Digital, semuanya mencari cara bagaimana agar manusia dapat hidup lebih lama.

“Tubuh manusia tampaknya diprogram untuk ‘mematikan’ dirinya sendiri di suatu tempat setelah satu abad, jika tubuhnya itu tidak siap,” tulis Blogger WaitButWhy, Tim Urban.

Baca Juga

Dan ternyata dia benar. Tidak ada orang terverifikasi yang bisa hidup lebih dari 122 tahun, meskipun orang yang paling tua di dunia sekarang sedang dalam perjalanan menuju usia 119 tahun.

Para peneliti di GERO.AI menyimpulkan ‘batas mutlak’ umur manusia antara 100 hingga 150 tahun. Mereka sampai pada kesimpulan ini dengan menganalisis 70 ribu peserta hingga usia 85 tahun berdasarkan kemampuan mereka untuk melawan penyakit, risiko kondisi jantung, dan gangguan kognitif.

The Conversation melaporkan bahwa tidak ada satu peserta pun yang menunjukkan ketahanan biologis untuk hidup hingga 150 tahun. Tapi mereka mencatat bahwa penelitian ini dibatasi oleh standar medis.

Dilansir dari New York Post Selasa (29/3/2022), tubuh manusia terdiri dari sekitar 30 triliun sel. Sel itu terus mati dan digantikan oleh replika baru. Di dalam tubuh sel ada kromosom, yang merupakan untaian DNA dengan kode yang ditulis untuk manusia di dalamnya.

Di ujung untai DNA ada bundel mikroskopis DNA non-penting, sehingga tidak ada hal penting yang terpotong ketika sel membelah. Sebuah sel dapat membelah diri sekitar 50 kali sebelum kehilangan kemampuannya untuk bereplikasi.

Karena semakin banyak sel menjadi tidak efektif dan mati, tanda-tanda penuaan mulai terlihat pada uban, tulang yang lebih lemah, dan kehilangan penglihatan. Beberapa berteori proses ini dapat dihentikan atau dibalik. 

“Jika DNA adalah informasi digital pada cakram padat, maka penuaan disebabkan oleh goresan. Kami sedang mencari polesannya,” kata para peneliti di Sinclair Lab Harvard.

Pendiri Sinclair Lab Harvard dan salah satu ilmuwan terkemuka yang bekerja pada teknologi anti-penuaan, Dr David Sinclair, memimpin percobaan yang memulihkan penglihatan tikus tua. Tim menyuntikkan tikus dengan serum gen yang memengaruhi DNA sel di mata.

“Studi kami menunjukkan bahwa sangat mungkin untuk membalikkan usia jaringan kompleks seperti retina dengan aman, dan mengembalikan fungsi biologis mudanya dengan aman,” kata Sinclair.

Beberapa orang melawan usia bukan dengan tes pada tikus, tetapi pada diri mereka sendiri. Dave Asprey adalah seorang penulis dan pengusaha yang memprediksi dia akan hidup sampai 180 tahun berdasarkan metodenya 'biohacking'.

Asprey yang kini berusia 49 tahun, telah menginvestasikan lebih dari 2 juta dolar AS (Rp 28,7 miliar) dalam teknologi yang dia yakini akan mengubah biologinya, termasuk suntikan sel induk dan ruang cryotherapy.

“Hal-hal yang sedang saya rintis, ada yang mahal, ada yang gratis seperti puasa. Ini akan seperti ponsel, setiap orang memiliki ponsel (setiap orang akan memiliki anti-penuaan). Perubahan bisa terjadi dengan cepat di masyarakat,” ungkap Asprey.

Meskipun tubuh mati, ada garis pemikiran bahwa jika kesadaran kita bisa dipertahankan, mungkin manusia bisa hidup lebih lama lagi, tidak hanya 150 tahun tapi bisa selamanya. Seorang miliarder Rusia bertujuan untuk menduplikasi seluruh kesadaran seseorang dan mengunggahnya ke komputer, di mana seseorang bisa hidup selamanya sebagai robot atau hologram.

Pada tingkat tertentu, apakah itu suatu bentuk kematian? Apakah kita akan memulai kembali pada usia nol setelah kesadaran kita terduplikasi? Apakah kita tidak menua sama sekali saat tinggal di dalam komputer?

Itu semua adalah pertanyaan etika biomedis yang pasti akan diperdebatkan, karena pencarian umur panjang dilakukan di rumah sakit dan lab komputer.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement