Rabu 30 Mar 2022 05:26 WIB

Pentingnya Membangun Literasi dari Keluarga

Keluarga perlu membangun literasi.

Rep: Ronggo Astungkoro/ Red: Muhammad Hafil
Diskusi panel dalam Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Perpustakaan 2022 yang mengangkat tema Transformasi Perpustakaan untuk Mewujudkan Ekosistem Digital Nasional di Hotel Bidakara, Jakarta.
Foto: Dok Perpunas
Diskusi panel dalam Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Perpustakaan 2022 yang mengangkat tema Transformasi Perpustakaan untuk Mewujudkan Ekosistem Digital Nasional di Hotel Bidakara, Jakarta.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Direktur Agama, Pendidikan, dan Kebudayaan Kementerian PPN & Bappenas, Amich Alhumami, mengatakan, saat ini penduduk Indonesia sudah mencapai 273 juta jiwa, yang didominasi oleh penduduk usia muda. Dia mengatakan, ada langkah yang perlu disiapkan untuk menyikapi angka tersebut.

"Yang pertama adalah dengan membangun sumber daya manusia yang berkualitas dan berdaya saing,” ujar Amich dalam sesi diskusi Rapat Kerja Nasional Bidang Perpustakaan 2022 di Jakarta, Selasa (29/3/2022).

Baca Juga

Menurut dia, dalam kerangka pembangunan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dan berdaya saing itu, hal yang perlu difokuskan ada pada kesehatan dan juga pendidikan sebagai dua pilar penopang utamanya. Dia menekankan mengenai pentingnya melakukan penguatan keluarga.

"Membangun literasi juga harus dimulai dengan keluarga, karena itu kita harus membangun keluarga yang berkualitas supaya juga melahirkan generasi baru yang berkualitas juga,” jelas Amich.

Kelompok penduduk usia muda itu lalu kemudian dibaginya ke dalam kategori orientasi terhadap teknologi digital. Menurut Amich, dari kelompok itu yang mengisi tabel tersebut adalah para milenial, generasi X dan juga generasi Alfa. Dia mengatakan, ketiga generasi itu adalah digital native yang sudah terekspos teknologi sejak lahir.

"Kita tidak cukup hanya dengan literasi makna konvensional, tetapi juga literasi yang sudah ditransformasikan yang ditopang oleh kekuatan teknologi digital," jelas dia.

Meski demikian, Amich juga menggarisbawahi peran pendidik dan para pustakawan. Menurut dia, pendidik dan para pustakawan memiliki peran agar dalam ferakan literasi digital yang dibangun tetap memapar isu yang menyangkut cyber security, yang kini membawa banyak korban.

Penyimpangan dan penyalahgunaan ruang digital, kata dia, menumbuhkan tindakan kriminalitas melalui teknologi digital tersebut. Dia mengambil contoh kasus tumbuhnya crazy rich anak muda yang baru berumur 20-an tahun dengan kekayaan sampai ratusan miliar yang ternyata menipu banyak orang.

“Kita tidak cukup hanya dengan sekedar paham atau familiar atau tahu bagaimana teknologi itu berkembang, tapi juga harus bisa mengoperasikan teknologi dan menggunakan teknologi secara sangat bijaksana,” kata dia.

Masih dalam diskusi yang sama, Direktur Anggaran Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Kemenkeu, Putut Hary Satyaka, menjelaskan, perpustakaan nasional, perpustakaan daerah, dan seluruh penggiat membaca Indonesia mempunyai peranan yang sangat penting.

"Jangan sampai, anak-anak kita bisa membaca tapi tidak mengerti yang dia baca," kata dia.

Gerakan literasi yang baik, menurut Putut, juga ditopang dengan kemampuan anggaran yang baik pula. Namun, pandemi Covid-19 yang bertahun melanda negeri membuat respons kebijakan fiskal dipecah yang berefek pada alokasi anggaran Perpustakaan yang dipotong dan dikorekeksi.

Baru pada 2021 dan 2022 ada recovery dan revolusi untuk meningkatkan daya ungkit dari setiap rupiah yang keluar dari APBN agar benar-benar bisa bermanfaat untuk memulihkan ekonomi.

“Meskipun kita mempunyai fokus kepada penanganan Covid-19, anggaran pendidikan yang 20 persen yang didalamnya termasuk juga untuk perpustakaan untuk peningkatan literasi, tidak pernah kita kurangi, tetap berusaha kita jaga,” kata dia.

Perpustakaan Nasional pada 2019 memiliki anggaran lebih dari Rp 767 miliar. Tapi pada 2020 turun karena kondisi APBN sedang berat karena menanggulangi Covid-19. ♡ini, anggaran perpustakaan itu sudah dinaikkan secara perlahan dari tahun 2021 dan 2022.

Meski begitu, Putut merasa bersyukur karena dengan anggaran yang terbilang sedikit itu, Perpusnas mampu mengelolanya dengan maksimal. Bahkan, kata dia, Perpusnas bisa membangun beberapa perpustakaan megah, termasuk contohnya di Kabupaten Lembata, NTT, yang memiliki perpustakaan sangat megah.

“Terima kasih saya sampaikan untuk teman-teman di daerah yang telah berhasil mengelola dana tersebut sehingga menjadi bangunan yang megah. Tapi akan jauh lebih baik lagi kalau isinya juga megah,” jelas dia.

Rapat Kerja Nasional Bidang Perpustakaan 2022 telah resmi dibuka oleh Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Muhadjir Effendy, di Ballroom Hotel Bidakara Jakarta.

 

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement