REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Terinfeksi dengan virus penyebab Covid-19 dan flu di waktu yang bersamaan merupakan hal yang mungkin terjadi. Infeksi ganda ini akan membuat pasien lebih berisiko mengalami kematian.
Temuan ini diungkapkan dalam studi terbaru di jurnal The Lancet. Studi ini mengungkapkan bahwa pasien yang terinfeksi virus SARS-CoV-2 dan virus influenza dalam waktu yang bersamaan memiliki risiko kematian 2,4 kali lebih besar dibandingkan pasien yang yang hanya terinfeksi SARS-CoV-2.
Tak hanya itu, pasien yang mengalami Covid-19 dan flu di waktu bersamaan juga cenderung mengalami gejala yang lebih berat. Mereka memiliki kemungkinan empat kali lipat lebih tinggi untuk membutuhkan bantuan ventilator.
Berdasarkan temuan ini, Prof kenneth Baillie dari Edinburgh University menilai bahwa virus SARS-CoV-2 dan influenza bisa menjadi kombinasi yang membahayakan. Hal ini patut diwaspadai mengingat Covid-19 dan flu bisa menyebar di waktu yang bersamaan.
"Kami memperkirakan bahwa Covid-19 akan beredar bersamaan dengan flu, meningkatkan kemungkinan terjadinya koinfeksi," jelas Prof Baillie, seperti dilansir iNews UK, Rabu (30/3/2022).
Temuan terbaru ini dirasa cukup mengejutkan bagi Prof Calum Semple dari Liverpool University. Menurut Prof Semple, temuan ini mengingatkan kembali mengenai pentingnya vaksinasi dan booster untuk melawan kedua virus tersebut.
Hasil studi ini dipublikasikan bertepatan dengan momen kembali melonjaknya kasus Covid-19 di beberapa negara. Kemunculan subvarian Omicron BA.2 dinilai turut mempengaruhi terjadinya lonjakan kasus ini.
Di samping itu, pelonggaran restriksi yang dilakukan di banyak negara juga perlu menjadi perhatian. Alasannya, peningkatan kasus Covid-19 kerap terjadi setelah pelonggaran restriksi diberlakukan.
Di Inggris misalnya, kegiatan berkerumun mulai banyak dilakukan dan penggunaan masker mulai ditinggalkan. Perubahan ini terjadi karena warga Inggris sedang memasuki fase baru "hidup berdampingan dengan Covid-19" sehingga sejumlah restriksi telah dilonggarkan.
Akan tetapi, pelonggaran restriksi ini menjadi pedang bermata dua. Penambahan kasus Covid-19 di Inggris mengalami peningkatan selama tiga pekan terakhir. Selain itu, Office for National Statistics (ONS) mengestimasi bahwa sekitar satu dari 16 orang di Inggris, atau 3,5 juta orang, akan terkena Covid-19 pada pekan 19 maret.