REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Rabu (30/3/2022), merilis strategi untuk memperkuat dan meningkatkan pengawasan genom di seluruh dunia. Strategi ini untuk memantau organisme yang menyebabkan penyakit.
"Pengawasan genomik terus-menerus memantau patogen dan menganalisis persamaan, sertq perbedaan genetik untuk memantau evolusi agen penyakit menular, waspada terhadap penyebaran patogen, dan mengembangkan tindakan pencegahan seperti vaksin," ujar pernyataan WHO, dilansir Anadolu Agency, Kamis (30/3/2023).
WHO mengatakan, sebelumnya hanya beberapa negara yang secara rutin melakukan pengawasan genom. Pengawasan ini merupakan sebuah teknologi yang dianggap rumit dan mahal, tetapi pandangan itu berubah sejak pandemi Covid-19.
“Kompleksitas genomik dan tantangan untuk mempertahankan kapasitas dalam pengaturan yang berbeda, termasuk kebutuhan tenaga kerja, berarti bahwa sebagian besar negara tidak dapat mengembangkan kemampuan ini sendiri,” kata Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus.
"Strategi global membantu menjaga pandangan kita tetap di cakrawala dan menyediakan kerangka kerja pemersatu untuk tindakan. WHO berharap dapat bekerja sama dengan negara dan mitra di bidang yang penting dan sangat dinamis ini," ujar Tedros menambahkan.
Menurut data yang dikumpulkan oleh WHO, sebanyak 54 persen negara di seluruh dunia memiliki kapasitas untuk pengawasan genom pada Maret tahun lalu. Pada Januari 2022, jumlah negara yang mempunyai kapasitas untuk pengawasan genom meningkat menjadi 68 persen karena pandemi Covid-19.
“Bahkan keuntungan yang lebih besar dibuat dalam berbagi data urutan secara publik, pada Januari 2022, sebanyak 43 persen negara menerbitkan data urutan mereka dibandingkan dengan tahun sebelumnya,” ujar WHO.
WHO mengatakan, pandemi Covid-19 telah menunjukkan bahwa sistem kesehatan membutuhkan pengawasan genomik, agar dapat terdeteksi dan ditangani dengan cepat. Menurut WHO, teknologi ini sangat penting dalam merespons wabah, mulai dari identifikasi virus korona baru, hingga pengembangan tes diagnostik dan vaksin pertama. Termasuk pelacakan dan identifikasi varian virus baru.