Kamis 31 Mar 2022 21:48 WIB

Kafein Disebut Bisa Bantu Terapi ADHD

Konsumsi kafein disebut bisa menambah perhatian bagi penderita ADHD.

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Nora Azizah
Konsumsi kafein disebut bisa menambah perhatian bagi penderita ADHD.
Foto: Pixabay
Konsumsi kafein disebut bisa menambah perhatian bagi penderita ADHD.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tingkat diagnosis gangguan pemusatan perhatian/hiperaktivitas (ADHD) meningkat selama 25 tahun terakhir. Pengobatan dan terapi untuk gangguan mental tersebut biasanya bervariasi, tergantung kondisi setiap pasien.

Sejumlah ahli terus menyelidiki berbagai komponen dan zat yang berpeluang mengobati pasien yang didiagnosis dengan ADHD. Tim ahli di Universitat Oberta de Catalunya (UOC), Spanyol, menggagas inisiatif untuk mendalami alternatif perawatan tersebut.

Baca Juga

Selama ini, terdapat kontroversi seputar penggunaan obat untuk pengidap ADHD, baik di antara keluarga atau praktisi kedokteran. Utamanya, pengobatan dengan methylphenidate. Periset hendak menekankan bahwa mereka tidak menentang berbagai jenis pengobatan.

Para periset berasal dari Fakultas Psikologi dan Ilmu Pendidikan UOC yang fokus pada ilmu saraf serta kelompok Cognitive NeuroLab dari Fakultas Ilmu Kesehatan UOC. Mereka mempelajari kemungkinan kafein untuk terapi ADHD.

Hasilnya telah diterbitkan di jurnal ilmiah Nutrients. Tinjauan sistematis menyimpulkan konsumsi kafein dalam kadar yang ditentukan dapat meningkatkan perhatian dan kapasitas retensi remaja dan orang dewasa pengidap ADHD. ADHD diketahui meningkat di kalangan anak-anak, namun hampir tidak lazim terjadi saat dewasa. Meski begitu, bisa jadi ADHD cenderung tidak didiagnosis dengan benar pada orang dewasa.

"Persenjataan terapeutik untuk mengurangi ADHD terbatas, dan ada tingkat tertentu kontroversi seputar penggunaan beberapa jenis obat dan stimulan, terutama selama masa kanak-kanak dan remaja. Karena itulah bermanfaat untuk mempelajari khasiat zat lain, seperti kafein,” kata penulis utama studi, Javier Vázquez.

Menurut penulis, ini adalah tinjauan sistematis pertama yang dilakukan pada tingkat sel. Perlu diketahui bahwa tim peneliti menggunakan model satwa untuk mengetahui hubungan antara konsumsi kafein dan dampaknya bagi pengidap ADHD.

Sejumlah kondisi yang dicermati termasuk rentang perhatian, peningkatan konsentrasi, pembelajaran, dan peningkatan dalam beberapa jenis memori. Menurut peneliti, kafein meningkatkan jenis prosedur kognitif tersebut.

"Zat ini meningkatkan kapasitas dan fleksibilitas dalam perhatian spasial dan perhatian selektif, serta dalam memori kerja dan memori jangka pendek," ujar Vázquez.

Dia menginformasikan bahwa penanganan terkontrol dengan kafein tidak mengubah tekanan darah dan tidak menyebabkan peningkatan atau pengurangan berat badan. Selain itu, kafein tidak berdampak bagi gejala karakteristik ADHD lainnya, seperti hiperaktif dan impulsif.

Peneliti mengimbau untuk lebih berhati-hati saat meresepkan perawatan medis berbasis kafein. Dalam diagnosis dengan permasalahan murni atensi, kafein mungkin merupakan terapi yang tepat, tetapi tidak demikian jika ada gejala hiperaktif atau impulsif.

Tim periset berharap dapat menggunakan kafein dari sudut pandang terapeutik sebagai pengobatan untuk gejala ADHD. Tentunya, dengan dibarengi perawatan medis yang sesuai serta pengawasan dan tindak lanjut lain.

Hasil studi yang terbit di jurnal dengan standar kualitas tinggi membuat tim berbangga. Peneliti menyatakan hendak menyelidiki semua kemungkinan untuk mengatasi ADHD yang merupakan kondisi kronis.

"Ini mendorong kami untuk terus bekerja di bidang ini guna meningkatkan pengobatan ADHD dan mengurangi dampaknya pada populasi," ungkap Vazquez, dikutip dari laman Neuroscience News, Kamis (31/3/2022).

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement