Jumat 01 Apr 2022 15:42 WIB

Imbas Sanksi Rusia, Kerja Sama Stasiun Luar Angkasa Tetap Dilanjut Hingga 2030?

Saat ini ada kemungkinan kemitraan kedua negara di luar angkasa dapat berlanjut.

Rep: Meiliza Laveda/ Red: Dwi Murdaningsih
 Astronaut NASA Mark Vande Hei (kiri) bersama dengan kosmonaut Rusia Anton Shkaplerov dan Pyotr Dubrov  kembali ke Bumi dengan dua kosmonaut Rusia setelah menghabiskan satu tahun di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS).
Foto: NASA/Bill Ingalls
Astronaut NASA Mark Vande Hei (kiri) bersama dengan kosmonaut Rusia Anton Shkaplerov dan Pyotr Dubrov kembali ke Bumi dengan dua kosmonaut Rusia setelah menghabiskan satu tahun di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Meskipun konflik Rusia-Ukraina memengaruhi segala aspek, termasuk pada penelitian, Rusia masih mempertimbangkan untuk memperpanjang partisipasinya di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) hingga tahun 2030. Hal tersebut diungkapkan oleh Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA).

Meski begitu, kemungkinan perlu beberapa bulan sebelum ada pembaruan tentang sikap resmi Rusia. NASA dan perusahaan antariksa negara Rusia Roscosmos telah menjadi dua mitra terbesar di ISS selama tiga dekade terakhir. Kedua organisasi telah sepakat untuk bekerja sama hingga 2024.

Baca Juga

Namun, pada akhir tahun lalu, pemerintahan Biden mengumumkan niatnya untuk memperpanjang program ISS hingga 2030 sementara Rusia belum secara resmi menyetujui perpanjangan tersebut. Partisipasi Roscosmos dalam perpanjangan itu mulai tampak tidak mungkin setelah Rusia menginvasi Ukraina pada bulan Februari. Menanggapi perang, AS memberikan sanksi kepada industri besar Rusia yang memicu kemarahan dari Kepala Roscosmos, Dmitry Rogozin. Di Twitter, Rogozin membuat ancaman tentang masa depan ISS.

Dia menyebut ISS bisa runtuh di tangan AS jika Rusia menarik diri sebelum waktunya dari program tersebut. Dia juga mengisyaratkan untuk meninjau kembali kemitraan dengan AS sehubungan dengan sanksi.