REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Saat ini industri otomotif tanah air tengah melakukan transisi dari mesin konvensional menjadi mobil listrik. Komisaris Utama PT Indomobil Sukses Internasional, Soebronto Laras menilai, transisi ini bisa berjalan optimal jika ditunjang dengan regulasi yang konsisten.
"Pengembangan mobil listrik harus dikaji dengan hati-hati. Regulasi harus jelas sehingga teknologi ini bisa diterapkan dengan optimal," kata Soebronto Laras kepada Republika saat dijumpai di sela pameran Indonesia International Motor Show (IIMS) 2022.
Ia menilai, Indonesia berpeluang jadi salah satu pemain utama dalam pasar electric vehicle (EV). Asalkan, pengembangan EV dan produksi komponen seperti baterai bisa berjalan beriringan sesuai dengan kebutuhan pasar. "Kehadiran mobil EV perlu terus ditunjang oleh edukasi sehingga masyarakat bisa memahi beragam keunggulan dari EV," ujarnya.
Seluruh strategi itu perlu dilakukan dengan akurat mengingat investasi EV tidak murah. Menurutnya, investasi untuk EV di Indonesia membutuhkan budget sekitar 5 miliar dolar AS hingga 10 miliar dolar AS.
Berkaca pada kondisi saat ini, sebenarnya seluruh pabrikan dari berbagai negara telah memiliki teknologi EV termasuk pabrikan dari Jepang. Tapi, pabrikan dari berbagai negara seperti Jepang, China dan sejumlah negara lain memiliki keunggulanya masing-masing. Oleh karena itu, Indonesia harus siap untuk menghadapi transisi tersebut.
Hendra Noor Saleh, Presiden Direktur Dyandra Promosindo, juga menilai masalah keberadaan kendaraan listrik di Tanah Air harus dilakukan upaya pengembangannya. Adanya beberapa agen pemegang merek yang memamerkan produk kendaraan listriknya di IIMS merupakan bukti industri kendaraan listrik di Tanah Air sedang berkembang. " Kita mau apa, jadi penonton atau pemain, jangan seperti dahulu lagi," katanya.
Salah satu pabrikan yang sejak 2009 memperkenalkan kendaraan berbasis listrik di Tanah Air adalah Toyota dengan mendatangkan Toyota Prius berteknologi Hybrid Electric Vehicle (HEV). Prius adalah kendaraan elektrifikasi pertama yang diproduksi secara komersial di pentas otomotif global sehingga menjadi pionir kendaraan ramah lingkungan dunia. Menyusul kehadiran Prius HEV, Toyota memperkuat jajaran kendaraan elektrifikasi dengan mendatangkan berbagai model lainnya, termasuk yang menggunakan teknologi Plug-in Hybrid Electric Vehicle (PHEV) dan Battery Electric Vehicle (BEV).
Bahkan di waktu mendatang Toyota juga berkomitmen untuk memasarkan kendaraan berbasis penggerak listrik lebih banyak lagi. Hingga saat ini, secara total Toyota Indonesia telah memiliki 11 model kendaraan elektrifikasi. Melalui berbagai model tersebut, Toyota telah berhasil menjual lebih dari 5.800 unit kendaraan elektrifikasi di Indonesia dan diperkirakan memberi kontribusi terhadap pengurangan emisi CO2 sekitar 15.000 ton. "Dari sekitar 10 juta kendaraan Toyota yang diproduksi, sekitar 35 persennya adalah kendaraan listrik," kata Anton Jimmi Suwandi, Direktur Pemasaran PT Toyota Astra Motor, Jumat (1/4/2022).
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia, Airlangga Hartarto mengatakan, transisi pada era electric vehicle (EV) adalah suatu keharusan. "Tahun ini, sudah ada tiga brand yang akan meluncurkan EV di Indonesia," kata Airlangga Hartarto dalam pembukaan IIMS.
Dengan kehadiran varian EV yang semakin banyak, maka diharap hal ini bisa terus mempercepat transisi karena masyarakat semakin diberi alternatif yang beragam sesuai dengan kebutuhanya masing-masing. Terlebih, lanjutnya, EV menjanjikkan efisiensi biaya operasional yang sangat signifikan. "Biaya EV hanya 10 persen dari biaya bahan bakar kendaraan konvensional," ujarnya.