Selasa 05 Apr 2022 13:35 WIB

Anak Alami Speech Delay dan Cara Orang Tua Mengatasinya di Rumah

'Speech delay' terjadi ketika kemampuan bicara anak tidak sesuai usianya.

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Nora Azizah
'Speech delay' terjadi ketika kemampuan bicara anak tidak sesuai usianya.
Foto: www.freepik.com.
'Speech delay' terjadi ketika kemampuan bicara anak tidak sesuai usianya.

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Psikolog anak Universitas Airlangga (Unair) Dewi Retno Suminar menjelaskan terkait penyebab terjadinya keterlambatan bicara atau speech delay pada anak. Speech delay, kata Dewi, adalah kasus dimana seorang anak kesulitan untuk menyampaikan apa yang diinginkannya dalam bentuk lisan, walaupun sudah menginjak usia hampir 2 tahun.

Dewi mengatakan, ciri-ciri speech delay dapat dilihat ketika anak pada saat perkembangannya sudah mampu berbicara namun anak tersebut belum mampu melakukannya. 

Baca Juga

“Bisa juga bisa berbicara namun kata-katanya tidak dapat dimengerti atau sulit dipahami,” ujarnya, Selasa (5/4/2022).

Dewi mengatakan, kondisi speech delay dapat dideteksi dari dua aspek yakni aspek klinis dan aspek pengasuhan. Aspek klinis dimulai dari anak dalam kandungan sampai awal kelahiran. Misalnya, adanya gangguan selama kehamilan, kelahiran prematur, mengalami kejang, berat badan lahir bayi kurang, dan lain-lain.

Kondisi-kondisi klinis itu, lanjut Dewi, dapat menyebabkan anak tidak dapat tumbuh optimal dan menyerang area bicara dalam otak. 

"Dalam kasus tersebut, akan ada kemungkinan diikuti dengan gangguan perkembangan lainnya seperti autisme, retardasi mental, dan ADHD," kata dia.

Tidak hanya itu, kata Dewi, pada aspek pengasuhan dapat saja terjadi karena kurangnya stimulasi bicara selama proses pengasuhan. Terkadang, orang tua atau pengasuh cenderung memberikan gadget atau membiarkan anak menonton televisi sendirian agar si anak tetap diam. 

“Dalam kondisi ini, bahasa ekspresif anak menjadi lambat karena anak paham bahasa namun tidak mampu mengekspresikan bahasa melalui berbicara,” ujar Dewi.

Dewi menjelaskan, kondisi speech delay pada anak dapat dideteksi sejak dini. Menurutnya, ketika bayi lahir prematur dan berat badan bayi kurang, maka orang tua harus ekstra dalam memberikan stimulasi awal bagi anak.

“Demikian juga ketika dalam proses perkembangannya anak tidak menunjukan reaksi dengan ekspresi orang tua saat mengajaknya berbicara di usia 3 bulan,” ujar Dewi.

Dewi melanjutkan, deteksi dini sebaiknya memang dilakukan oleh orang tua. Pasalnya, merekalah yang tahu betul keseharian anak-anaknya. Kemudian, ketika mengetahui adanya perkembangan yang tidak seharusnya, orang tua dapat mengkonsulkan hal ke psikolog atau dokter.

Dewi juga menjelaskan beberapa hal yang dapat dilakukan orang tua agar anak terhindar dari kondisi speech delay. Salah satunya adalah dengan menjaga kondisi kandungan selama fase kehamilan agar jangan sampai sang ibu stres selama mengandung serta memperhatikan asupan makanan yang dikonsumsi.

“Berikan simulasi selama tumbuh kembang anak khususnya pada fase awal. Ajak anak berbicara walau belum merespon bicara. Ingat mengajari anak mengenai bagaimana mengeluarkan suara akan membantu anak untuk menirukan suara,” kata dia.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement