REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kondisi yang memengaruhi sendi tentu membuat tidak nyaman saat beraktivitas. Arthritis atau suatu kondisi yang identik dengan nyeri persendian, cukup umum terjadi di masyarakat.
Arthritis diderita oleh sekitar 10 juta warga di Inggris. Sementara di Indonesia, prevalensi penyakit sendi tercatat sekitar 7,3 persen, menurut Riskesdas 2018.
Kendati lebih sering dikaitkan dengan pertambahan usia atau dikenal sebagai penyakit degeneratif, rupanya arthritis kian meningkat pada usia produktif. Penyakit sendi terjadi pada rentang usia 15 hingga 24 tahun dengan prevalensi sekitar 1,3 persen.
Tingkat prevalensi terus meningkat pada rentang usia 24 hingga 35 tahun (3,1 persen) dan rentang usia 35 hingga 44 tahun (6,3 persen). Arthritis melibatkan nyeri, kekakuan, dan pembengkakan sendi.
Ini bukan kondisi tunggal dan ada beberapa jenis yang berbeda. Bisakah jalan kaki sehari-hari yang sederhana dan secangkir teh dapat membantu meredakannya? Ya, ada dua metode sederhana untuk membantu mengurangi gejala maupun risikonya.
Beberapa bukti menunjukkan teh tertentu membantu meringankan rasa sakit akibat radang sendi. Teh merupakan minuman yang populer di seluruh dunia dan memiliki khasiat dalam memengaruhi sistem kekebalan tubuh.
Hubungan antara konsumsi teh dan risiko rheumatoid arthritis (RA), penyakit autoimun kronis yang utamanya memengaruhi persendian, selama ini belum dipelajari dengan baik. Hasilnya malah saling bertentangan.
Manfaat teh
Teh baik untuk dinikmati panas atau dingin. Hanya perlu air untuk menyeduhnya, teh tidak perlu ditambakan kalori, natrium, pengawet, pemanis, karbohidrat, protein, atau lemak untuk diteguk.
Saat merendam daun teh dalam air panas, maka seseorang akan mendapatkan esensi dari manfaat tanaman, yang meliputi polifenol, atau antioksidan. Selain membantu menenangkan rheumatoid arthritis, teh juga dapat membuat orang lebih bersemangat berkat kandungan kafeinnya.
Selain itu, konsumsi teh juga untuk melindungi dari penyakit jantung dan kemungkinan kanker, menurunkan kolesterol, hingga risiko diabetes. Dalam sebuah penelitian yang diterbitkan di BMC, konsumsi teh yang membantu mengurangi risiko radang sendi dianalisis lebih lanjut.
Dalam penelitian ini dikumpulkan data konsumsi teh untuk 2237 kasus rheumatoid arthritis. Konsumsi teh diklasifikasikan menjadi tidak (0 cangkir/hari), tidak teratur (satu cangkir/hari), teratur (satu sampai dua cangkir/hari), konsumsi tinggi (lebih dari dua cangkir/hari), dan konsumsi tidak teratur digunakan sebagai acuan.
Studi menemukan 57,3 persen pernah menjadi konsumen teh dengan 19,7 memiliki konsumsi teh tinggi. Angka yang sesuai untuk kontrol adalah 58,4 persen pernah peminum dengan 22,1 persen konsumen teh tinggi.
"Konsumsi teh yang tinggi memiliki hubungan terbalik dengan risiko rheumatoid arthritis dibandingkan dengan konsumsi yang tidak teratur," tulis peneliti, dikutip Express.co.uk, Selasa (5/4/2022).