REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Pendidikan merupakan salah satu modal yang sangat penting untuk menjalani kehidupan bermasyarakat.
Tidak hanya semata soal wilayah jangkauan pendidikan, namun pemerataan kesempatan untuk mengenyam pendidikan tingkat lanjut juga menjadi hak bagi semua anak di Indonesia.
Hal itu menjadi tantangan yang juga dialami oleh Wina Febriyanti La Dini, wanita kelahiran Fakfak, Papua, yang berusaha mencapai mimpinya untuk melanjutkan pendidikan.
Ambisi yang dimiliki oleh Wina berawal dari keinginannya yang cukup sederhana, yakni ingin segera melanjutkan pendidikan sebagai bekal untuk dirinya hidup mandiri.
Sebab, Wina yang merupakan anak bungsu dari empat bersaudara itu tidak ingin merepotkan kakak-kakaknya yang telah bekerja dan berkeluarga, mengingat saat ini orang tua mereka telah tiada.
Awalnya, Wina memiliki fokus untuk langsung mencari pekerjaan begitu menamatkan sekolahnya, karena sejak menginjak SMA, Wina tinggal bersama kakak pertamanya di Papua.
“Sejak lulus SMA pada 2019, saya telah mencari berbagai kesempatan untuk menentukan langkah berikutnya bagi diri saya. Berbagai kesempatan sudah Saya coba, mulai dari tes CPNS, Korps Wanita Angkatan Darat, bahkan tes kepolisian, meski hasilnya masih belum beruntung," kata Wina, Kamis (7/4/2022).
"Saya akhirnya putuskan untuk pulang kembali ke Fakfak, dengan niat ingin mendaftar kuliah, tapi semua pendaftaran sudah tutup dan pada saat itu," sambung Wina.
Di tengah situasi itu, Wina menerima informasi dari kakaknya, PT Pupuk Kalimantan Timur (PKT) tengah mengadakan seleksi Program beasiswa Pendidikan Vokasi Industri Setara Diploma I bagi putra-putri di Kabupaten Fakfak.
Mendengar kesempatan tersebut, Wina segera mendaftarkan diri pada November 2021, yang ketika itu juga sudah hampir masa penutupan pendaftaran.
Tantangan yang dihadapi Wina untuk melanjutkan studinya merupakan salah satu kisah dunia pendidikan di wilayah Indonesia timur yang kerap dihantui berbagai tantangan penghambat akses pendidikan di wilayah tersebut.
Seperti kurangnya fasilitas yang cukup memadai untuk menunjang kemajuan proses belajar mengajar serta wawasan industri yang masih terbatas.
Melihat hal itu, dibutuhkan upaya dari pelaku industri. Salah satunya seperti yang dilakukan PKT sebagai perusahaan yang beroperasi di wilayah Indonesia Timur.
Lewat program beasiswa Pendidikan Vokasi Industri, PKT memberikan kesempatan dan akses pendidikan kepada putra-putri Indonesia Timur guna memaksimalkan daya saing dan potensi sehingga mampu berkiprah di industri manufaktur nasional.
Wina merupakan salah satu contoh dari putra-putri yang terbantu oleh program ini, setelah mengikuti rangkaian tes yang ada, dia dinyatakan diterima mengikuti program itu bersama dengan 50 orang lainnya yang terdiri dari 35 putra-putri dari Indonesia Timur dari Papua, Papua Barat dan NTT, ditambah 15 peserta dari Kota Bontang.
"Saya dan kakak-kakak saya sangat senang sekali ketika diberitahu bahwa saya lolos seleksi beasiswa PKT ini dan berangkat ke kota Bontang. Hal ini berarti kesempatan bagi saya untuk mengenyam pendidikan lebih lanjut sebagai bekal saya untuk berkarir kedepannya,” ungkap dia.
Wina kemudian berangkat dan sejak Februari 2022 telah mulai menempuh pendidikan di kota Bontang. Sebulan setelah menjalani program tersebut, Wina mengakui dirinya mendapatkan pengalaman baru yang membuka wawasannya terhadap jenjang karir yang ada di industri manufaktur berkat program dari PKT.
“Saat berangkat ke Bontang untuk menempuh pendidikan memang membuat saya sedikit was-was, terlebih jurusan teknik pengelasan yang saya pilih mayoritas diikuti oleh laki-laki," jelas dia.
"Tapi menurut saya hal itu bukan masalah, saya bertemu banyak kawan baru dan belajar banyak sekali hal yang baru. Saya yakin ini merupakan peluang yang sangat baik bagi saya dan karir saya ke depannya,” ungkap dia.
Program beasiswa Pendidikan Vokasi Industri Setara Diploma I dari PKT ini merupakan komitmen PT PKT yang telah dilaksanakan selama dua tahun terakhir. Selain mendapat ijazah setara Diploma 1, para peserta yang dinyatakan kompeten nantinya akan menerima sertifikat profesi dari PKT maupun BNSP.
Program itu dijalankan oleh PKT bersama Politeknik ATI Makassar Sulawesi Selatan dan Dinas Pendidikan Papua Barat. Para peserta terpilih akan dibekali materi yang telah disesuaikan kebutuhan industri dengan komposisi materi 40 persen teori dan 60 persen praktik dengan masa studi maksimal satu tahun.
Didukung infrastruktur pembelajaran mumpuni yang telah disiapkan, program ini juga memberikan berbagai fasilitas pembelajaran yang mudah diakses.