Rabu 13 Apr 2022 10:02 WIB

Hubble Konfirmasi Komet Besar dengan Inti Panjangnya 137 Km

Teleskop Hubble sering digunakan untuk mengamati komet.

Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani / Red: Dwi Murdaningsih
Komet. Ilustrasi.
Foto: Antara
Komet. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, LOS ANGELES -- Tim Teleskop Luar Angkasa Hubble melihat komet yang memiliki ekor spektakuler sepanjang jutaan mil. Komet terlihat kabur, tetapi mereka memiliki inti es dan debu yang padat.

Dilansir dari CNET, Rabu (13/4/2022), Hubble kini telah mengonfirmasi inti komet terbesar yang pernah ditemukan, sebuah bola salju yang menakjubkan dengan inti yang bisa mencapai 137 km.

Baca Juga

Hubble adalah proyek bersama Badan Antariksa Amerika dan Badan Antariksa Eropa. Teleskop sering digunakan untuk mengamati galaksi yang jauh, tetapi para ilmuwan dapat menggunakannya untuk membantu mengamati inti komet C/2014 UN271 (Bernardinelli-Bernstein).

Ingat komet Neowise, yang datang dekat dengan Bumi untuk dikunjungi pada tahun 2020? Inti Neowise berdiameter sekitar 5 km. Komet berusia 4 miliar tahun-berasal dari “tempat bersarang” komet jauh yang teoretis yang disebut Awan Oort.

“Pengamatan Hubble pada 2022 diperlukan untuk membedakan inti padat dari cangkang berdebu besar yang menyelimutinya, dengan bantuan pengamatan radio,” kata NASA dalam sebuah pernyataan, Selasa (12/4/2022). Cangkang berdebu itu disebut koma.

Hubble mengamati lonjakan cahaya yang datang dari komet. Data tersebut membantu para astronom membuat model koma komet, yang kemudian dapat dikurangi untuk menentukan kemungkinan ukuran inti.

Tim juga menemukan nukleus “lebih hitam dari batu bara,” seperti yang dijelaskan oleh astronom David Jewitt dari University of California di Los Angeles. Jewitt adalah rekan penulis studi tentang komet yang diterbitkan dalam The Astrophysical Journal Letters pekan ini.

Komet jumbo tidak akan mendekati Bumi, tetapi ukurannya memberi para peneliti ide yang lebih baik tentang kisaran ukuran komet di Awan Oort. “Komet ini secara harfiah adalah puncak gunung es bagi ribuan komet yang terlalu redup untuk dilihat di bagian tata surya yang lebih jauh,” kata Jewitt.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement