REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Ridwan Saidi, Politisi Senior, Sejarawan, dan Budayawan Betawi
Melihat photo tiga pria dalam lukisan Raden Saleh tema protes penahanan Pangeran Diponegoro, saya kagum sekali menatap busana pria yang datang dari zona ekonomi Semarang ke Magelang pada awal2 tahun 1830. Berdirinya de Javasche Bank pada tahun 1828 tidak langsung merebahkan zona-zona ekonomi Indonesia.
Dari peristiwa geruduk gedung de Kock di Magelamg awal 1830 mengesankan peran zona ekonomi Semarang menjadi 'back uo' keuangan perang Diponegoro lima tahun yang berbiaya cukup besar. Sebaliknya pihak Belanda juga terkuras kasnya untuk tutup 'begroting' (biaya) perang. Selain perang Aceh dan perang-perang lainnya, delegasi Belanda di KMB 1949 juga minta bansos ganti rugi perang yang ditolak jubir delegasi RI Mr Muhamad Roem.
"Apakah saya harus memberi ganti rugi kepada tuan-tuan yang belanjakan uang untuk membeli peluru yang bunuh nenek moyang kami?. Tidak...!," kata Mr Roem depan KMB 1949, seperti diceritakannya kepada saya.
Organisasi perang Diponegoro bukan resmi dilakukan kraton Mataram. Tapi, personil perangnya adalah orang-orang kraton.
Dalam kaitan ini ada yang menarik dengan penamaan gedung milik DKI yang pernah dipakai untuk Dinas Kebudayaan yang terletak di Jl Rasuna Said, Gedung Nyi Ageng Serang. Tak satu yang menghuni gedung dapat menjelaskan siapa Nyi Ageng Serang.
Nyi Ageng Serang pimpinan lasykar wanita Perang Diponegoro. Banyak wanita yang menjadi tokoh, tapi jarang yang menjadi tokoh perang. Nyi Ageng Serang wafat, tidak di medan laga, dimakam di desa Banjarharjo, kecamatan Kali Bawang, Kulonprogo
Sejak zona ekonomi Semarang terbentuk pada IX M, relasinya bagus dengan Mataram lama yang berpusat di Sleman. Mataram lama meredup, zona ekonomi Semarang luaskan wilayhnya dengan Jepara. Setelah Panembahan Senapati membangkitkan Matatam II pada tahun 1500-an, keamanan zona econ Semarang kembali jadi tanggung jawab Mataram.