REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Non fungible token (NFT) saat ini semakin populer. Di tengah kepopulerannya, berbagai proyek NFT yang ada saat ini tetap harus disikapi dengan hati-hati.
Sebagai teknologi yang masih terbilang baru, tetap diperlukan riset mendalam terkait berbagai aspek dari proyek NFT, sebelum tentunya investor memutuskan masih atau mencoba terjun ke dalamnya.
Chief Marketing Officer (CMO) Pintu, Timothius Martin menjelaskan, NFT diam-diam juga memiliki banyak risiko. Salah satu contohnya adalah bisa jadi proyek NFT tersebut merupakan proyek bodong. Penggemar NFT bisa ditawarkan NFT gambar, tapi setelah dibeli nilainya malah hancur turun atau proyeknya ditutup.
Hal itu tentu sangat berbahaya kalau orang tersebut menginvestasikan sejumlah uang yang signifikan. Menurut pria yang akrab disapa Timo tersebut, bahaya lainnya adalah NFT bisa berubah menjadi sebuah obsesi.
"Jadi, ini seperti sebuah inovasi baru di dalam dunia teknologi dan internet. Kalau kita terlalu obsesi terhadap hal tersebut dan menjadi gelap mata, proyek apa pun yang baru kita beli, kita inves. Ya itu jadi tidak sehat," ujarnya.
Timo pun menyarankan, para pelaku yang berkecimpung di industri kripto saat ini bahu-membahu untuk memberikan edukasi ke masyarakat. Terutama, mengingat literasi dari dunia NFT dan kripto masih minimum, termasuk juga metaverse.
"Kita harus sama-sama mengajak semua para pemain kripto, asosiasi kripto, para influencer yang di luar sana untuk mengedukasi dengan betul mengenai NFT ini," ujarnya.
Dengan edukasi bagaimana cara memilih NFT yang betul dan bagaimana cara berhati-hati dalam berinvestasi, dapat membantu masyarakat agar tak mudah terbuai pada proyek NFT yang tak bertanggung jawab.
Komunitas juga sangat penting untuk diperhatikan dalam pengem bangan proyek NFT. Hal ini karena harga suatu NFT juga sangat diten tukan oleh komunitas.
Selain itu, artist NFT juga harus benar-benar yang dapat dipercaya dan bukan orang sembarangan karena pembeli dapat terjerumus membeli NFT yang palsu. Menurut Timo, saat ini NFT yang orang kenal hanya sebuah karya seni gambar.
Namun, ke depannya, NFT akan di gunakan untuk berbagai utilitas lain nya. Contohnya, seperti tiket masuk konser atau dengan memiliki NFT Ghozali, misalnya, bisa bertemu langsung dan makan malam bersama Ghozali.
Imbauan untuk selalu berhatihati di tengah hype dunia NFT juga disampaikan Chief Technology Offi cer (CTO) Populix, Jonathan Benhi. Menurut Jonathan, sama seperti pengembangan teknologi pada umum nya, masyarakat tetap harus berhatihati terhadap NFT. NFT, kata dia, saat ini belum ada nilai yang bisa diciptakan dari sebuah digital aset, selain mengejar keuntungan.
"Jadi, biasanya motivasi orang masuk ke NFT itu mereka trying to flip NFT sehingga motivasinya itu uang," ujar dia.
Oleh karena itu, hal ini juga berbahaya kalau dibiarkan berkembang liar. Jonathan menyarankan, apabila mindset-nya hanya ingin cepat kaya dari NFT, kita cenderung tidak melakukan riset secara matang.
Ia menyarankan, sekarang ini sudah banyak sekali tren klub-klub sosial memiliki NFT mereka sendiri. Jadi, ketika seseorang memiliki NFT itu, dia menjadi bagian dari klub dan mendapat manfaat sosial dari klub itu.
Hal ini juga harus menjadi alasan seseorang berminat untuk membeli NFT atau tidak. "Jadi, jangan cuma gara-gara mau cuan, tapi lihat ko munitasnya. Termasuk juga, apakah klub sosial tersebut akan bermanfaat tidak buat kita," kata Jonathan.