REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Omicron yang pertama kali terdeteksi di Afrika Selatan pada November 2021 merupakan jenis Covid baru yang berbeda dari pendahulunya Delta. Infeksi Omicron muncul memang tidak terlalu parah. Hal ini juga dibenarkan para peneliti setelah melakukan studi cukup lama.
"Prevalensi gejala yang menjadi ciri infeksi Omicron berbeda dari varian Delta SARS-CoV-2, tampaknya tidak terlalu melibatkan saluran pernapasan bagian bawah dan mengurangi kemungkinan masuk rumah sakit," tulis para penulis seperti dilansir dari laman Fortune, Kamis (14/4).
Data menunjukkan bahwa periode penyakit yang lebih pendek dan potensi penularan yang seharusnya berdampak pada kebijakan kesehatan kerja dan saran kesehatan masyarakat. Dengan menggunakan data dari aplikasi pelacakan Covid Zoe Inggris, di mana pengguna memasukkan gejala dan informasi lainnya. Para peneliti membandingkan 4.990 orang yang terinfeksi ketika Delta adalah varian utama di negara tersebut (menyebabkan lebih dari 70 persen infeksi) dengan jumlah yang sama terinfeksi selama gelombang Omicron.
Hasil penelitian yang diterbitkan di the Lancet pada hari Kamis, menunjukkan meskipun kedua varian memiliki beberapa gejala yang sama seperti hidung meler dan sakit kepala menduduki urutan teratas untuk keduanya, ada beberapa perbedaan yang mencolok. Terutama, sebanyak 52,7 persen dari mereka yang terinfeksi Delta kehilangan indra penciuman, hanya 16,7 persen dari mereka yang menderita Omicron yang melakukannya.
Sakit tenggorokan lebih sering terjadi pada Omicron daripada Delta 70,5 persen hingga 60,8 persen karena Omicron sebagian besar terbatas pada saluran pernapasan bagian atas dan memengaruhi spektrum sempit organ tubuh. Persentase mereka yang terinfeksi yang dirawat di rumah sakit secara signifikan lebih rendah ketika terkena Omicron dibandingkan Delta. Durasi rata-rata gejala akut juga dua hari lebih pendek untuk Omicron dibandingkan Delta.
Saat ini, subvarian baru BA.2 yang lebih menular telah mengambil alih kasus di dunia dan mengubah kembali mengubah situasi. Saat ini, subvarian BA.2 menjadi strain yang paling dominan di AS. Subvarian BA.2 secara luas dianggap tidak lebih parah dari virus Omicron asli.