Rabu 20 Apr 2022 16:32 WIB

Memfungsikan Alquran untuk Dunia dan Akhirat

Fungsi-fungsi Alquran sebagai petunjuk, pelajaran, pedoman, dan bimbingan.

Santri sepuh membaca Alquran.
Foto: Wihdan Hidayat / Republika
Santri sepuh membaca Alquran.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Andrinof A Chaniago, dosen dan motivator

Peringatan malam diturunkannya Alquran biasanya selalu diisi dengan mengingat kisah turunnya Alquran hingga proses disusunnya mushaf Alquran di zaman Khalifah Usman bin Affan. Tujuan mengingatkan jama'ah, baik di depan layar kaca maupun di majelis-majelis pertemuan dengan kisah turunnya Alquran adalah untuk memperteban iman terhadap kitab suci ummat Islam tersebut. Di luar itu, pembahasan tentang Alquran bisa masuk ke topik prioritas menurut pandang masing-masing penceramah.

Patut diduga juga, para da'i yang selama ini penganjur dan penggerak gerakan mencetak hafidz-hafidz pasti akan kembali mengimbau orang-orang tua mendorong anak-anak mereka mengikuti pendidikan tahfiz dan mendukung lembaga-lembaga pendidikan tahfiz Quran. Imbauan lain, seperti yang sering disampaikan sejumlah ustadz kondang, adalah agar orang-orang mau menyumbang mushaf Alquran untuk sekolah-sekolah tahfidz. Alasan yang diusung dalam imbauan tersebut biasa terkait dengan peluang meraih pahala tidak hanya bagi si anak, melainkan juga bagi orang tua.

Imbauan mendukung program-program tahfidz,yang makin gencar disampaikan selama beberapa tahun terakhir memang sudah berpengaruh luas. Sekolah-sekolah tahfidz bermunculan di berbagai tempat. Bahkan unit kerja di Kementerian Agama pun memberi perhatian dan dukungan khusus bagi masyarakat yang mengajukan proposal pendirian sekolah tahfidz.

Imbauan untuk bersedekah Alquran yang disampaikan sejumlah da'i kondang juga tampak efektif. Selain gerakan menghimpun dan menyalurkan mushaf Alquran tumbuh dengan pengorganisasiannya yang semakin baik, jumlah orang yang bersedekah mushaf Alquran sepintas juga tampak meningkat.

Salah satu imbauan yang berpengaruh terhadap peningkatan jumlah sekolah tahfiz dan jumlah orang yang bersedekah mushaf mungkin pesan matematika pahala mensededekahkan Alquran yang disampaikan berulang-ulang oleh seorang ustadz kondang. Ustadz yang bersangkutan menjelaskan "matematika pahala" menyumbang Alquran jika dibaca hafiz Alquran yang menghasilkan pahala beranak-pinak bagi penyumbang mushaf Alquran. Pertumbuhan pahala itu terbentuk dari kegiatan membaca Alquran yang dijadikan bacaan setiap hari oleh hafidz Quran.

Hitungan pahala membagi Alquran khususnya, dan mendirikan pendidikan tahfidz, ini menarik karena hitungan kelipatan tumbuh pahalsnya yang sederhana tadi. Setiap orang yang sudah beriman, termasuk iman kepada alam baqa menyediakan dua pilihan tempat, satu surga dan satu neraka, pastilah ingin mengumpulkan pahala sebanyak mungkin. Ketika peluang itu tampak dari dukungan terhadap sekolah tahfidz, memasukkan anak-anak ke sekolah tahfidz dan menyumbang mushaf Alquran, jalur ini lalu menjadi pilihan bagi orang yang beriman.

Salahkah pilihan tersebut? Salahkah jika makin banyak orang yang hafal Alquran dan membaca Quran? Tentu saja sama sekali tidak. Tren yang sedang terjadi adalah penguatan satu sisi penyikapan terhadap Alquran sebagai bacaan yang mulia dan yang setiap huruf yang dibaca mendatangkan pahala bagi yang membaca.

Tetapi, fungsi Alquran bukan hanya sebagai bacaan dalam arti mengikuti lafadz hurufnya dengan lidah. Fungsi utama Alquran juga bukan untuk bahan hafalan. Bahkan tidak satu pun ditemukan ayat dalam Alquran itu sendiri yang menyebut fungsi Alquran sebagai bahan hafalan. Fungsi-fungsi Alquran yang disebut berulang-ulang di dalam Alquran itu sendiri adalah sebagai penerangan, sebagai petunjuk, sebagai pelajaran, sebagai pedoman, dan sebagai bimbingan. (Ali Imran: 138; Al 'An'am: 155; Tysuf: 111; Al Kahfi: 27; Sad: 29; Al Jathiyah: 20; Al Qamar: 17, 22, 32, 40; Al Haqqah: 48).

Maka, gairah besar memfungsikan Alquran sebagai bacaan dan hafalan saat ini tentu tidak boleh membuat para da'i, mubaligh, ustadz dan orang tua di dalam rumah tangga terlupa dengan fungsi utama dari Alquran yang nyata-nyata disebutkan berulang-ulang di dalam Alquran itu sendiri.

Jika kita tarik lagi ke arah tujuan diturunkannya agama Islam, diutusnya Nabi Muhammad SAW dan diturunkannya Alquran, maka semarak membaca dan menghafal Alquran saja tentu tidak cukup sebagai kendaraan untuk mencapai tujuan itu. Tujuan diturunkannya agama Islam adalah untuk menjadi rahmat bagi sekalian alam, untuk menjadikan manusia menjadi sebaik-baiknya makhluk dan untuk menjadikan manusia bahagia dunia dan akhirat.

Untuk mencapai tujuan tadi, tidak lain adalah dengan menjadikan Alquran (dan Sunnah Rasul) sebagai ajaran yang harus dipelajari, dipahami dan dijadikan pedoman, petunjuk dan bimbingan. Untuk mudah menjadikannya sebagai pedoman, isi Alquran sendiri telah dikelompokkan oleh para ulama berdasarkan jenis ajaran yang dikandungnya.

Berdasarkan jenis ajaran itu, isi ajaran paling banyak dalam Alquran justru tentang akhlak. Ada sebanyak 3.000 ayat yang berbicara tentang akhlak. Sementara tentang aqidah 1.500 ayat.

Bila dilihat kondisi riil ummat manusia dari segi sikap dan perilaku, jelas sangat terlihat masalah akhlak ini adalah masalah yang belum selesai, baik akhlak dalam hubungan dengan sesama manusia maupun dengan alam.

Jika kita ambil satu saja Surah di dalam Alquran, misalnya, QS 49 (Al Hujurat), sangat mudah kita rasakan betapa beberapa perintah di dalam Surah ini banyak yang diabaikan. Sikap mudah menelan berita dari orang fasik, mudah berprasangka buruk, mudah memberi sebutan-sebutan yang buruk kepada orang lain, mudah kita temukan. Hanya tempatnya saja yang berpindah.

Jika dulu itu muncul dalam pertemuan-pertemuan di warung, di tempat nongkrong, sekarang tempat melakukan itu pindah ke medsos. Belum lagi akhlak manusia terhadap lingkungan dan hewan yang juga diperintahkan dalam Alquran untuk tidak merusak dan memusnahkan mereka. Pertanyaannya, seberapa gencar isi Alquran mengenai hal itu diserukan oleh para da'i di majelis-majelis maupun layar smart phone?

Mungkin ini perlu menjadi renungan para da'i, mubaligh, ustadz dan guru-guru agama dalam memprioritaskan fungsi Alquran. Sebab, Alquran sendiri mengajarkan bahwa untuk meraih surga itu adalah dengan beriman dan berbuat kebaikan, atau berbuat kebajikan dalam keadaan beriman. Maka, target mengfungsikan Alquran hendaknya dikaitkan dengan tujuan utama dan tujuan akhir menjadi muslim dan cara mencapainya yang diajarkan di dalam Alquran dan Sunnah.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement