Musa menjelaskan, dulu ada istilah "unisex" untuk produk-produk fashion. Istilah itu menggambarkan bahwa produk tersebut memang netral alias memang bisa dipakai oleh pria dan wanita.
"Kemudian mungkin karena manusia sifatnya pembaharuan, kemudian perbaikan, sehingga timbul istilah genderless fashion," ujar Musa.
Lebih lanjut, Musa menjelaskan, jika berbicara mengenai fashion ala Kartini maka akan berkenaan dengan kebaya dan kain panjang. Akan tetapi, jika berbicara tentang semangat yang dimiliki oleh Ibu Kartini, maka hal tersebut berkenaan dengan emansipasi yang telah diperjuangkan.
"Jadi nggak bisa digeneralisasi, dijadikan satu," kata Musa yang berpendapat bahwa Kartini mewakili spirit tentang kebebasan berperilaku, berpendapat, memperoleh pendidikan, dan lain sebagainya yang harus setara atau sama dengan pria.