Jumat 22 Apr 2022 14:57 WIB

Jilatan Anjing di Wajah Tingkatkan Risiko Resistensi Antibiotik

Membiarkan anjing makan dari piring majikan dan mencium anjing juga sama risikonya.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Reiny Dwinanda
Anjing menjilat penjaganya (Ilustrasi). Jilatan lidah anjing di area wajah dapat meningkatkan risiko penyebaran resistensi antibiotik.
Foto: EPA/ALAN PORRITT
Anjing menjilat penjaganya (Ilustrasi). Jilatan lidah anjing di area wajah dapat meningkatkan risiko penyebaran resistensi antibiotik.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Jilatan anjing kerap diasosiasikan dengan ekspresi kasih sayang. Namun, di balik tindakan penuh cinta tersebut, ternyata ada potensi risiko infeksi yang perlu diwaspadai.

Peneliti mengungkapkan bahwa jilatan lidah anjing di area wajah dapat meningkatkan risiko penyebaran resistensi antibiotik. Resistensi antibiotik terjadi ketika kuman seperti bakteri atau jamur berevolusi hingga memiliki kemampuan untuk melawan obat antibiotik yang sebelumnya dirancang untuk membunuh kuman tersebut.

Baca Juga

Umumnya, masalah resistensi antibiotik berkaitan dengan penyalahgunaan obat antibiotik. Namun. menurut para ahli, hewan peliharaan seperti anjing juga bisa menjadi bagian dari masalah tersebut.

Tim peneliti dari Royal Veterinary College dan University of Lisbon telah melakukan studi yang menyoroti masalah resistensi antibiotik dengan hewan peliharaan ini. Studi ini menganalisis sampel kotoran atau feses dari 114 manusia, 85 anjing, dan 18 kucing.

Dari analisis tersebut, tim peneliti menemukan ada 15 sampel kotoran manusia yang mengandung bacteria of concern. Selain itu, setengah dari hewan peliharaan yang terinfeksi juga memiliki strain yang resisten terhadap antibiotik.

Ketua tim peneliti Dr Juliana Menezes mengatakan, ini bukan studi pertama yang mengaitkan risiko resistensi antibiotik dengan hewan peliharaan. Masalah resistensi antibiotik telah menjadi ancaman kesehatan yang besar sejak sebelum pandemi Covid-19 terjadi. Resistensi antibiotik bisa membuat masalah seperti pneumonia, sepsis, luka infeksi, hingga infeksi saluran kemih menjadi masalah yang tak bisa diobati.

"Carrier sehat bisa melepaskan bakteri ke lingkungan mereka selama berbulan-bulan, dan mereka bisa menjadi sumber infeksi bagi banyak orang dan hewan rentan, seperti lansia dan ibu hamil," jelas Dr Menezes, seperti dilansir The Sun, Jumat (22/4/2022).

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement