REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Twitter menghilangkan iklan menyesatkan yang bertentangan dengan konsensus ilmiah tentang perubahan iklim. Kabar tersebut diumumkan perusahaan melalui postingan blog.
“Iklan yang menyesatkan tidak boleh mengurangi percakapan penting tentang krisis iklim,” kata perusahaan. Keputusan tentang hal-hal yang sah terkait dengan perubahan ikim akan dipandu oleh sumber resmi, termasuk Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
IPCC telah menerbitkan beberapa laporan penting tentang krisis selama beberapa bulan terakhir yang merinci apa yang perlu dilakukan untuk beradaptasi dengan perubahan dan cara mencegahnya. Selain itu, Twitter juga mengatakan akan segera membagikan lebih banyak detail tentang rencananya untuk menambahkan konteks yang andal dan otoritatif tentang perubahan iklim di platformnya.
Menurut perusahaan, topik itu menjadi lebih ramai selama setahun terakhir. Sejak tahun 2021, topik itu telah tumbuh lebih dari 150 persen.
Diskusi tentang lingkungan lain, juga kian memanas. Misal, dekarbonisasi atau menghilangkan emisi gas rumah kaca (GRK) yang berasal dari pembakaran bahan bakar fosil juga naik 50 persen dan pengurangan limbah tumbuh lebih dari 100 persen selama periode waktu yang sama.
Pengumuman baru Twitter juga merupakan bagian dari gagasan platform media sosial untuk menghentikan kebohongan tentang perubahan iklim. Perusahaan lain telah membuat komitmen serupa dengan mencapai keberhasilan.
Dilansir The Verge, Sabtu (23/4/2022), Google membuat komitmen pada Oktober 2021 untuk berhenti mengizinkan iklan yang menampilkan penolakan iklim atau memonetisasi informasi yang salah tentang iklim. Meski begitu, sebuah laporan yang diterbitkan setelah kebijakan baru berlaku menemukan bahwa Google masih menempatkan iklan pada konten yang menolak iklim.
Google memberi tahu The Verge pada saat itu mereka meninjau konten dan memutuskan untuk mengambil tindakan penegakan hukum yang sesuai. Selain Google, Facebook juga mendapat kecaman karena gagal memberi label informasi yang salah tentang iklim. Laporan lain tentang platform yang diterbitkan November lalu juga menemukan peningkatan tajam dalam interaksi dalam posting dari halaman Facebook dan grup yang berfokus pada penyebaran informasi yang salah tentang iklim.