REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Dapat menjalani puasa ramadhan di negara dengan kebudayaan Islam yang kental seperti Uni Emirat Arab merupakan impian bagi sebagian masyarakat Muslim. Keberuntungan tersebut datang kepada mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Lutfiana Sausan yang sedang menjalani program pertukaran pelajar Indonesian International Student Mobility Awards (IISMA) 2022 di Abu Dhabi.
Pertama kali menjalani puasa selama Ramadhan di negara orang membuat Lutfi memiliki segudang pengalaman baru. Salah satunya, waktu sahur dan berbuka selalu berbeda di tiap harinya. Dari hari ke hari waktu salat subuh terus maju, sementara waktu untuk salat magrib terus mundur.
Hal ini membuat waktu puasa semakin panjang tiap harinya. Selain itu Iklim di Abu Dhabi sangat panas. Pada siang hari suhu bisa mencapai 42 derajat celsius.
"Dengan iklim yang sepanas itu, saya sangat menghindari kegiatan di luar ruangan selama siang hari," jelasnya.
Untuk menunaikan ibadah shalat tarawih, Lutfi memilih masjid terbesar ketiga di dunia yaitu Masjid Agung Sheikh Zayed. Lutfi bercerita, untuk menuju ke Masjid Agung Sheikh Zayed, ia dan teman-teman harus menempuh jarak sejauh 14 kilometer tiap harinya. Dengan jarak tersebut, Lutfi memerlukan waktu satu jam menggunakan bus dan 14 menit menggunakan taksi.
Secara umum, pelaksanaan shalat tarawih di Uni Emirat Arab sama seperti di Indonesia. Namun untuk sepuluh hari terakhir, shalat tarawih dan witir dipisah. Pelaksanaan salat witir akan dilangsungkan tengah malam bersamaan dengan salat tahajud.
Hal yang membuatnya takjub adalah luas masjid yang sebesar itu selalu dipenuh dengan orang. Protokol Covid-19 juga diterapkan dengan ketat. "Salah satu contohnya adalah pembagian disposable prayer mat sekali pakai kepada para jamaah,” ungkap Lutfi dalam keterangan pers yang diterima Republika, Selasa (26/4/2022).
Pengalaman unik lain yang ia alami adalah bisa merasakan makanan dari seluruh dunia. Di awal Ramadhan, Lutfi dan mahasiswa internasional lainnya melakukan buka puasa bersama di asrama. Masing-masing mahasiswa membawa makanan khas dari negaranya.
Saat buka puasa, Lutfi biasanya membeli roti khas Mesir bernama Umm Ali. Roti tersebut sekaligus menjadi makanan favoritnya selama di Uni Emirat Arab. Namun pada saat berbuka bersama dengan mahasiswa internasional lain, dia merasa sangat terpukau karena meja makan dipenuhi dengan makanan-makanan internasional yang baru pertama kali dia lihat.
"Ada satu makanan yang menjadi favorit saya saat itu yaitu olahan daging dengan yoghurt serta terdapat taco di atasnya,” jelas mahasiswa asal Malang itu.