Rabu 27 Apr 2022 23:14 WIB

Jalan Cepat Bantu Perlambat Proses Penuaan

Penelitian temukan hubungan antara jalan cepat dan usia biologis.

Rep: Santi Sopia/ Red: Nora Azizah
Penelitian temukan hubungan antara jalan cepat dan usia biologis.
Foto: www.piqsels.com
Penelitian temukan hubungan antara jalan cepat dan usia biologis.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Olahraga memang sangat baik untuk kesehatan tubuh. Dari banyaknya jenis olahraga atau aktivitas fisik, ternyata juga diketahui bermanfaat bagi proses penuaan biologis.

Para ilmuwan telah melaporkan kemungkinan hubungan antara jalan cepat dan usia biologis, yang diukur dengan panjang telomer leukosit (LTL). Hal itu adalah salah satu biomarker yang menurut para ilmuwan dapat digunakan untuk menilai tingkat penuaan tubuh manusia.

Baca Juga

'Umur biologis' ini pada dasarnya mengartikan seberapa ausnya sel-sel tubuh. Rutinitas berjalan dengan kecepatan di atas amble bisa setara dengan 16 tahun lebih muda.

Untuk menjalankan aktivitas berjalan ini, seseorang tidak memerlukan pelatihan maupun peralatan khusus. Para peneliti juga menyarankan jalan cepat juga bisa dilakukan dalam rangka meningkatkan kesehatan, jika perlu.

"Meskipun kami sebelumnya telah menunjukkan bahwa kecepatan berjalan adalah prediktor status kesehatan yang sangat kuat, kami belum dapat memastikan bahwa mengadopsi langkah berjalan cepat benar-benar menyebabkan kesehatan yang lebih baik," kata Tom Yates, seorang ahli kinesiologi di University of Leicester. Inggris, seperti dikutip dari Science Alert, Rabu (27/4/2022).

Dalam penelitian ini, atudi menggunakan informasi yang terkandung dalam profil genetik orang untuk menunjukkan bahwa berjalan yang lebih cepat memang cenderung mengarah ke usia biologis yang lebih muda, diukur dengan telomer. Para peneliti memanfaatkan database Biobank Inggris dan mencatat 405.981 individu paruh baya. Dari hasil analisis genetik yang dilakukan, menunjukkan hubungan sebab akibat antara jalan cepat dan LTL, terlepas dari aktivitas fisik lainnya.

Intensitas gerakan saat berjalan diukur dengan self-reporting dan juga fitness tracking wearables yang dikenakan orang-orang yang terlibat dalam penelitian ini. Intensitas itu penting, karena jalan santai tampaknya tidak memiliki efek yang sama, walaupun jenis gerakan apa pun baik untuk kesehatan 

Kecepatan berjalan itu sendiri juga dipengaruhi oleh banyak faktor, mulai dari kapasitas paru-paru dan kontrol motorik hingga kesehatan mental dan tingkat motivasi. Hal ini adalah sesuatu yang bisa dilihat oleh dokter sebagai indikator kesehatan secara keseluruhan.

"Ini menunjukkan langkah-langkah seperti kecepatan berjalan yang biasanya lebih lambat adalah cara sederhana untuk mengidentifikasi orang yang berisiko lebih besar terkena penyakit kronis atau penuaan yang tidak sehat, dan bahwa intensitas aktivitas mungkin memainkan peran penting dalam mengoptimalkan intervensi," kata ilmuwan penelitian medis Paddy Dempsey dari the University of Leicester dan penulis utama studi tersebut.

Telomere menutup kromosom dalam tubuh manusia, yang berisi urutan berulang dari DNA non-coding yang melindungi kromosom dari kerusakan. Hal itu diibaratkan seperti ujung tali sepatu yang saling terkait agar tidak terurai.

Biomarker ini secara alami menyusut seiring bertambahnya usia, tetapi penelitian telah menunjukkan bahwa itu juga dapat dipersingkat lebih cepat akibat kurang tidur, karena tuntutan pekerjaan, atau setelah melewati tekanan dan ketegangan saat melahirkan. Jalan cepat sebelumnya telah dikaitkan dengan peningkatan rentang hidup hingga 20 tahun, dan harapan hidup yang lebih lama. Hal itu dapat dihasilkan dari berjalan kaki 10 menit sehari. 

"Penelitian sebelumnya tentang hubungan antara kecepatan berjalan, aktivitas fisik, dan panjang telomer dibatasi oleh temuan yang tidak konsisten dan kurangnya data berkualitas tinggi," kata Dempsey.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement