REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah studi baru menunjukkan bahwa bahan yang disekresi oleh kelenjar prostat bisa terdeteksi dalam urin. Dengan begitu, biomarker urin menjadi area yang semakin potensial untuk mengidentifikasi kanker prostat yang agresif.
Studi ini berbicara lebih lanjut tentang bagaimana biomarker urinoir dapat membantu dokter memprediksi kelompok risiko kanker prostat dan perkembangan penyakit.
“Kami telah mengidentifikasi sekelompok lima genera bakteri yang terkait dengan kanker prostat tingkat tinggi dan perkembangan yang lebih cepat menjadi kanker agresif,” kata Dr Rachel Hurst, rekan peneliti senior di University of East Anglia dan salah satu penulis studi seperti dilansir dari Medical News Today, Kamis (28/4/2022).
Genus tersebut adalah Fenolaria, Peptoniphilus, Anaerococcus, Porphyromonas, dan Fusobacterium. Studi ini dipublikasikan di European Urology Oncology.
Untuk penelitian ini, para peneliti menggunakan sampel urin yang dikumpulkan dari 318 orang di Inggris yang sedang dinilai untuk kanker prostat atau darah dalam urin mereka. Mereka kemudian memeriksa hasil kesehatan pasien hingga 6 tahun setelah sampel diambil.
Para peneliti menganalisis sampel urin untuk bakteri yang berbeda menggunakan berbagai metode, termasuk mikroskopik sedimen, sekuensing DNA, dan sekuensing RNA.
Para peneliti juga memeriksa biopsi prostat dari 204 pasien yang dikumpulkan antara 2004 dan 2014. Mereka melacak pasien tersebut selama rata-rata 3,5 tahun untuk mendeteksi tanda-tanda kanker prostat agresif, termasuk metastasis kanker prostat dan kegagalan biokimia antigen spesifik prostat (PSA) setelah pengobatan.
Setelah menganalisis hasilnya, para peneliti menemukan hubungan antara bakteri tertentu dalam sedimen urin dan risiko kanker prostat. Mereka mengidentifikasi empat bakteri baru yang sering ditemukan dalam urin pasien dengan metastasis kanker prostat. Peneliti mencatat bahwa lima spesies bakteri dalam urin dan jaringan kanker dikaitkan dengan peningkatan risiko kanker prostat agresif.
Ketika ditanya bagaimana keberadaan bakteri tertentu dapat mengindikasikan kanker prostat, Dr Jennifer Linehan, ahli urologi dan profesor urologi di Pusat Kesehatan Providence Saint John di Santa Monica, yang tidak terlibat dalam penelitian ini, mengungkap dua teori. Pertama, bakteri menyebabkan peradangan yang membuat sel terpapar radikal bebas kemudian mengubah DNA dalam jangka waktu yang lama.
“Teori lain adalah bahwa beberapa bakteri dapat melepaskan kumpulan racun mereka sendiri yang dapat menyebabkan mutasi dan pertumbuhan sel yang tidak terkendali,” jelas Linehan.
Dr William P Parker, asisten profesor di Departemen Urologi University of Kansas Medical Center, tidak terlibat dalam penelitian ini, mengatakan bahwa mekanisme yang mendasarinya masih harus dikaji. Dia, bagaimanapun, menyarankan dua kemungkinan.
“Entah bakteri menciptakan lingkungan mikro yang cocok untuk karsinogenesis, atau lebih mungkin, keberadaan kanker menciptakan lingkungan mikro yang cocok untuk organisme ini,” kata dia.
Para peneliti menyimpulkan bahwa temuan mereka menunjukkan bakteri anaerob tertentu memiliki potensi prognostik untuk kanker prostat. Ketika ditanya tentang potensi keterbatasan temuan, Dr S Adam Ramin, direktur medis Spesialis Kanker Urologi di Los Angeles, mengatakan bahwa keberadaan bakteri dalam urin tidak selalu menunjukkan sebagai pemicu kanker yang lebih agresif. Mungkin ada faktor lain yang meringankan dan menyebabkan pertumbuhan bakteri yang berlebihan.
“Menemukan bakteri tertentu dalam kelompok prognosis buruk tidak berarti mereka membuat kanker lebih agresif. Misalnya, pasien dengan kekebalan yang lebih rendah cenderung memiliki prognosis yang buruk terhadap kanker prostat dan pertumbuhan bakteri yang berlebihan," kata Ramin.
"Studi ini tidak memperhitungkan faktor-faktor tersebut dan tidak menetapkan penyebab antara bakteri dan perkembangan agresif, kanker prostat prognosis buruk," tambah dia.