REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah studi baru menemukan pengaruh signifikan gender terhadap faktor risiko serangan jantung. Temuan yang dipublikasikan di JAMA Network Open itu merupakan studi kasus-kontrol berbasis populasi.
Para peneliti secara khusus meninjau Infark Miokard Akut (IMA), gangguan aliran darah ke jantung. IMA menyebabkan sel otot jantung mengalami hipoksia (kekurangan oksigen).
Tim menggunakan data dari 2.264 pasien IMA dari studi VIRGO (Variasi dalam Pemulihan: Peran Gender pada Hasil Pasien Infark Miokard Akut Muda). Inti temuannya adalah laki-laki dan perempuan muda punya faktor risiko berbeda.
Terdapat tujuh faktor risiko yang dikaitkan dengan risiko IMA yang lebih besar pada perempuan. Faktor risiko itu secara berturut-turut yakni diabetes, merokok, depresi, hipertensi, pendapatan rumah tangga rendah, riwayat keluarga mengidap IMA, dan kolesterol tinggi.
Sementara, pada pasien laki-laki, kebiasaan merokok dan riwayat keluarga mengidap IMA merupakan faktor risiko utama. Para peneliti menyoroti bahwa tingkat IMA pada perempuan muda telah meningkat beberapa tahun terakhir.
Penulis utama studi, Yuan Lu, mengemukakan bahwa perempuan muda pengidap IMA adalah fenotipe yang tidak biasa, bahkan ekstrem. "Dalam studi baru ini, kami mengidentifikasi perbedaan yang signifikan dalam profil faktor risiko dan hubungan faktor risiko dengan IMA berdasarkan jenis kelamin," ungkap asisten profesor di Yale School of Medicine itu.
Para peneliti menggunakan analisis risiko populasi yang dapat diatribusikan untuk mengukur dampak berbagai faktor risiko pada tingkat populasi. Studi menemukan bahwa tujuh faktor risiko yang ada secara kolektif menyumbang total risiko IMA pada perempuan muda sebesar 83,9 persen.
Beberapa faktor risiko memiliki dampak yang lebih besar pada perempuan muda dibandingkan laki-laki di rentang usia sama. Sejumlah faktor itu antara lain hipertensi, diabetes, depresi, dan kekurangan finansial.
Pasien perempuan muda mewakili sekitar lima persen dari semua serangan jantung yang terjadi di Amerika Serikat setiap tahun. Ada sekitar 40 ribu kasus rawat inap IMA pada perempuan muda setiap tahun.
Lu menekankan pentingnya edukasi. "Ketika berbicara tentang serangan jantung pada perempuan muda, orang sering tidak menyadarinya. Jika kita dapat mencegah serangan jantung di kalangan perempuan dari serangan jantung, itu akan meningkatkan hasil (dari edukasi)," ujar Lu, dikutip dari laman Futurity, Sabtu (7/5/2022).
Profesor kedokteran di Yale University yang merupakan penulis senior studi, Harlan M Krumholz, berpendapat penelitian itu menunjukkan pentingnya secara khusus mempelajari serangan jantung pada perempuan muda. "Sebuah kelompok yang sebagian besar telah diabaikan dalam banyak penelitian namun sama besarnya dengan jumlah perempuan muda yang didiagnosis mengidap kanker payudara," kata direktur Center for Outcomes Research and Evaluation (CORE) tersebut.
Studi disinyalir sebagai yang pertama dan punya skala terbesar di AS yang mengevaluasi secara komprehensif hubungan antara berbagai faktor risiko IMA. Hasilnya merekomendasikan penyedia layanan kesehatan menerapkan strategi efektif dalam penyampaian pedoman berbasis bukti untuk mencegah IMA. Alat prediksi risiko pada pasien pun dinilai dapat membantu dokter mengidentifikasi individu mana yang paling berisiko dan butuh pengobatan.