Ahad 08 May 2022 23:16 WIB

Waspada Hepatitis Akut, Kapan Anak Perlu Tes Fungsi Hati?

Muzal mengimbau agar masyarakat tidak panik dan tetap menerapkan hidup sehat.

Rep: Meiliza Laveda/ Red: Endro Yuwanto
Ilustrasi hepatitis akut.
Foto: Dok Republika
Ilustrasi hepatitis akut.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pandemi Covid-19 belum pulih sepenuhnya, dunia kembali dihebohkan dengan kasus hepatitis akut misterius. Organisasi Kesehatan Dunia PBB (WHO) menyatakan hepatitis akut berat yang sampai saat ini belum diketahui pasti penyebabnya sebagai kejadian luar biasa (KLB).

Sejauh ini, tersangka yang diduga adalah Adenovirus. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI melalui Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit mengeluarkan surat edaran tentang Kewaspadaan terhadap Penemuan Kasus Hepatitis Akut yang tidak Diketahui Etiologinya (Acute Hepatitis of Unknown Aetiology) pada 27 April 2022.

Baca Juga

Ketua Unit Kerja Koordinasi (UKK) Gastro-Hepatologi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Muzal Kadim mengatakan, orang tua tidak perlu panik jika anak melakukan tes fungsi hati. Pemeriksaan fungsi hati dilakukan dengan pengecekan kadar Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase (SGPT) dan Serum Glutamoc Oxaloecetic Transminase (SGOT).

“Tidak perlu panik, secara umum pemeriksaan SGPT dan SGOT untuk menyaring kondisi saat ini,” kata Muzal dalam siaran langsung di akun Instagram IDAI, Ahad (8/5/2022).

Jika ada peningkatan pada kadar SGPT dan SGOT, kemungkinan bisa menjadi tanda hepatitis. Untuk saat ini, patokan kadarnya adalah lebih dari 500 U/L.

Pemeriksaan dilakukan jika ada kecurigaan pada gejala hepatitis. Misal, ada tanda-tanda demam, kelelahan, tidak nafsu makan, mual, khususnya perubahan warna kuning pada mata dan badan.

“Kemenkes sudah mengeluarkan suatu alur bahwa jika ada gejala-gejala sejak dini, kita harus segera periksa SGPT dan SGOT. Jika hasil lebih dari 500 U/L, akan ada pemeriksaan lebih lanjut,” ujar Muzal.

Muzal menyebut, khusus untuk hepatitis akut ini, gejala yang terlihat sedikit berbeda. Terkadang setelah demam, timbul perubahan warna kuning. Bahkan, secara cepat bisa menjadi hepatitis fulminant yang tergolong berat karena menyebabkan kerusakan hati yang parah, hampir tidak memiliki cadangan hati.

Meski begitu, Muzal mengimbau agar masyarakat tidak panik dan tetap menerapkan hidup sehat.

“Kita waspada tapi tidak panik. Berdoa agar kasusnya tidak ada atau kalaupun ada, penyebarannya tidak luas. Tidak perlu khawatir, kita persiapkan segala sesuatu di awal supaya tidak terlambat. Jangan lupa selalu menjaga kesehatan dan tetap menerapkan prosedur kesehatan,” jelas Muzal.

Baca juga : IDAI Duga Hal Ini Sebabkan Penularan Hepatitis Akut

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement