REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Ahli gizi dari Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta Dono Indarto meminta masyarakat untuk mewaspadai penyakit metabolik usai Lebaran. Dono mengatakan, perubahan pola makan menjadi hal yang paling disoroti.
"Perilaku sebagian masyarakat terkait konsumsi makanan saat Lebaran agaknya menjadi kurang terkontrol," kata Dono di Solo, Selasa (10/5/2022).
Biasanya, selepas Ramadhan terjadi peningkatan frekuensi makan melebihi tiga kali sehari. Sebab, orang kerap mengunjungi banyak kerabat ataupun tetangga di satu hari yang sama dan disuguhi aneka jenis makanan.
Selain itu, menurut Dono, makanan dan minuman yang dikonsumsi saat Lebaran biasanya tinggi karbohidrat, lemak, garam, gula, santan, dan kolesterol. Di sisi lain, aktivitas fisik pun menurun.
"Misalnya terlalu banyak duduk," katanya.