REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Covid-19 dan penyakit asma memang sama-sama menyerang sistem pernapasan. Kendati demikian, ada perbedaan antara dua keluhan ini.
"Bedanya kalau asma lebih (menyerang) ke saluran pernapasan. Sedangkan Covid-19 awalnya masuk ke saluran pernapasan, tetapi ada efek begitu masuk kemudian merembet kemana-mana atau menimbulkan perubahan-perubahan pada sistem organ tubuh yang lainnya," ujar dokter spesialis paru Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Persahabatan Ahmad Arfan saat mengisi konferensi virtual memperingati hari asma sedunia 2022, Selasa (10/5/2022).
Dia menjelaskan Covid-19 disebabkan oleh virus SARS-CoV2. Sedangkan asma disebabkan oleh macam-macam faktor, bisa virus flu biasa atau disebabkan alergen, atau emosional. Artinya, penyebab asma bermacam-macam.
Selain itu. obat asma dan Covid-19 juga berbeda. Untuk asma ada obat pengendali dan terapi lain seperti senam asma. Sedangkan obat Covid-19 adalah antivirus dan obat lainnya untuk gangguan pada Covid-19. Lebih lanjut ia mengatakan, penyakit asma sebenarnya tidak bisa disembuhkan melainkan dikendalikan.
"Tetapi tidak usah takut dengan kata tak bisa disembuhkan, kemudian merasa kecewa. Fokus saja asma bisa dikendalikan," katanya.
Caranya, dia melanjutkan, yaitu dengan menghindari pemicunya. Misalnya beberapa orang yang terkena hawa dingin atau debu kemudian asma maka harusnya menghindarinya supaya asma tidak kambuh.
Jadi, ia mengingatkan penderita penyakit ini untuk memakai masker. Kemudian, dia melanjutkan, bila sudah konsumsi obat controller atau pengendali maka jangan dilupakan dikonsumsi atau dipakai. Sehingga, saluran napasnya terkendali. Kemudian, ia juga meminta penderita asma untuk cek kesehatan, kemudian kelola stres emosional, hingga jangan lupa kontrol memeriksakan diri ke dokter.