REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebagai salah satu penyebab kematian terbesar, penyakit jantung bisa dipengaruhi oleh berbagai faktor risiko. Sebagian di antara faktor risiko ini ternyata berkaitan erat dengan kebiasaan di malam hari.
Salah satu kebiasaan di malam hari yang dapat berkontribusi pada terjadinya penyakit jantung adalah tidak menyikat gigi atau flossing sebelum tidur. Seperti diketahui, menyikat gigi sebelum tidur merupakan salah satu langkah penting dalam menjaga kesehatan gigi.
Di sisi lain, beberapa studi menemukan adanya hubungan antara kondisi kesehatan gigi dan mulut dengan jantung. Studi yang dimuat dalam Harvard Health Publishing mengungkapkan bahwa kondisi gigi dan mulut yang buruk berkaitan dengan lebih tingginya kejadian penyakit kardiovaskular.
Kebiasaan di malam hari lainnya juga juga berkaitan dengan risiko penyakit jantung adalah tidur terlalu larut. Salah satu hal yang dapat menyebabkan seseorang tidur terlalu larut adalah gangguan tidur insomnia.
Ahli gizi Katie Tomaschko MS RDN mengatakan kurangnya tidur di malam hari dan penyakit jantung kemungkinan berkaitan dengan kondisi tekanan darah. Seperti diketahui, tekanan darah akan menurun ketika seseorang tidur nyenyak di malam hari.
"Bila kita mengalami kesulitan tidur atau begadang, tekanan darah kita tentu akan meningkat," ujar Tomaschko, seperti dilansir BestLife, Selasa (10/5/2022).
Peningkatan tekanan darah dapat memberikan dampak buruk bagi kesehatan kardiovaskular. Tomaschko mengatakan, tekanan darah yang tinggi turut meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular, termasuk penyakit jantung.
Beberapa studi juga menyoroti adanya hubungan antara insomnia dengan beberapa penyakit kardiovaskular. Sebagian di antaranya adalah hipertensi, penyakit gagal jantung, dan penyakit jantung koroner.
Pada orang yang sudah memiliki penyakit jantung, kurang tidur dan insomnia juga bisa meningkatkan risiko terjadinya kejadian kardiovaskular mayor atau major adverse cardiac events (MACE). Beberapa contoh MACE adalah kematian kardiovaskular, strok, dan gagal jantung.
Hal ini diutarakan dalam sebuah studi yang dipublikasikan pada jurnal Sleep Advances. Studi ini melibatkan 1.082 pasien yang mengalami serangan jantung atau menjalani prosedur untuk membuka arteri yang tersumbat.
Di awal studi, sebanyak 45 persen dari pasien yang terlibat mengalami insomnia. Selain itu, ada 24 persen yang harus menggunakan obat tidur.
Setelah dilakukan pemantauan selama 4,2 tahun, tim peneliti mendapati adanya 364 kejadian MACE pada 225 pasien. Peneliti lalu menemukan bahwa kejadian MACE berulang lebih banyak dialami oleh pasien yang bermasalah dengan insomnia.
"Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengetahui apakah terapi insomnia, seperti terapi perilaku kognitif dan aplikasi digital, efektif pada kelompok pasien ini," jelas ketua tim peneliti dari University of Oslo yaitu Lars Aestebol Frojd.
Untuk menekan risiko penyakit jantung terkait insomnia, ada beberapa hal yang dinilai bisa membantu. Salah satunya adalah memperbaiki kebiasaan sebelum tidur seperti tidak makan mendekati jam tidur, mempersiapkan kondisi kamar yang rapi, remang, dan terhindar dari kebisingan, serta membatasi penggunaan gawai sebelum tidur.
Kebiasaan lain seperti menerapkan pola hidup yang aktif dan sehat juga dapat membantu menekan kejadian insomnia. Bila perubahan gaya hidup tidak membantu, sebaiknya berkonsultasi dengan dokter untuk mengatasi masalah insomnia.