REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Banyak dari pasangan yang menikah berharap mendapatkan keturunan. Namun, sebagian pasangan mungkin mengalami kesulitan untuk mencapai kehamilan.
Kesulitan untuk mencapai kehamilan bisa dipengaruhi oleh beragam faktor. Salah satu faktor yang diketahui berperan dalam mempengaruhi kesuburan adalah gaya hidup.
Terkait dengan faktor gaya hidup, ada empat hal yang bisa dilakukan untuk membantu meningkatkan kesuburan. Berikut ini adalah keempat hal tersebut, seperti dilansir Reader's Digest, Sabtu (14/5/2022).
Konsumsi Lebih Banyak Ikan Berlemak
Menambah konsumsi ikan berlemak bisa membantu meningkatkan kesuburan. Salah satu alasannya, ikan berlemak dikenal kaya akan lemak tak jenuh ganda omega 3, yaitu EPA dan DHA.
"Asam lemak omega 3 bersifat antiinflamasi dan penting bagi fungsi membran sel, kesehatan imun, kesehatan sperma dan sel telur, dan perkembangan otak bayi Anda," jelas ahli gizi kesuburan dari The Fertility Kitchen Charlotte Grand.
Berdasarkan studi, wanita yang cukup mendapatkan lemak omega 3 diketahui memiliki kualitas embrio yang lebih baik dalam program bayi tabung atau IVF. Pria juga perlu meningkatkan asupan lemak omega 3, mengingat EPA dan DHA dapat memperbaiki motilitas, volume, dan kekuatan sperma.
Ada cukup banyak pilihan ikan berlemak yang dapat dikonsumsi. Sebagian di antaranya adalah salmon, sardin, dan mackerel. Ikan berlemak sebaiknya dikonsumsi sebanyak dua atau tiga kali per pekan.
Pilih Susu Full Fat
Susu full fat telah terbukti dapat meningkatkan fertilitas atau kesuburan menurut Grand. Lemak, lanjut Grand, sangat penting bagi kesehatan dan kesuburan yang optimal. Alasannya, lemak menyediakan sumber energi terkonsentrasi dan penting bagi produksi hormon, penyerapan nutrisi, dan regulasi kadar gula darah.
"Ada banyak jenis asam lemak dan kita membutuhkan masing-masing jenis itu dalam jumlah yang seimbang," jelas Grand.
Namun, Grand mengingatkan bahwa tidak semua lemak itu setara. Jenis lemak trans sebaiknya dihindari ketika sedang berencana untuk hamil. Lemak trans diketahu dapat mengganggu kesuburan dan berkaitan dengan kualitas sperma yang buruk.
Memperbaiki Postur
Postur yag buruk ternyata memiliki dampak besar pada kesuburan. Postur tubuh saat menggunakan sepatu hak tinggi misalnya, bisa memiringkan posisi panggul ke arah depan. Posisi ini bisa memberi dampak buruk bagi kesuburan, terlebih bila disertai dengan posisi membungkuk.
Pada pria, postur tubuh yang buruk saat duduk bisa meningkatkan suhu tubuh. Hal ini dapat mempengaruhi konsentrasi dan mobilitas sperma.
Kepala pelatih dari Farren Morgan Coaching Farren Morgan merekomendasikan latihan sederhana yang dia sebut sebagai //chest opener//. Latihan ini dapat membantu orang-orang untuk memperbaiki postur tubuh dan berdiri dengan tegak.
Untuk melakukan latihan ini, langkah pertama ynag perlu dilakukan adalah berdiri dengan kaki terbuka selebar lebar pinggul. Posisikan jari-jari tangan saling berpautan di belakang tubuh. Pastikan seluruh tubuh menghadap ke depan, tarik napas dalam, dan bawa tangan menurun ke bawah sambil mengangkat dada.
"Tahan posisi ini selama 3-5 kali napas dalam setelah itu kelmabli ke posisi biasa. Setelah beberapa menit istirahat, lakukan pengulangan sebanyak 5-10 rep," jelas Morgan.
Mengendalikan Stres
Tingkat stres yang tinggi bisa membuat ovulasi tertunda atau tidak terjadi serta menurunkan kadar testostern, mengurangi jumlah sperma, mendorong produksi sperma abnormal, dan menurunkan mobilitas sperma. Semua dampak ini dapat mempersulit upaya untuk hamil.
Salah satu tips untuk mengelola stres adalah mendapatkan tidur yang cukup dan berkualitas. Tidur yang cukup merupakan dasar dari kesehatan fisik dan mental yang baik. Kurang tidur bisa memicu perasaan mudah marah, kelelahan, serta mendorong kecenderunagn untuk mengonsumsi makanan bergula atau berlemak yang tak sehat.
Ahli hipnoterapi klinis Geraldine Joaquim menambahkan, pengendalian stres juga bisa dilakukan dengan rutin melakukan latihan fisik dan latihan bernapas. Joaquim juga menganjurkan orang-orang untuk menemukan cara yang sehat dalam menghadapi tekanan atau stres.
"Kita bisa mengontrol pikiran dan perilaku kita, dan kedua elemen itu yang mempengarui bagaimana perasaan kita," jelas Joaquim.