Selasa 17 May 2022 14:05 WIB

Perempuan Perlu Waspada, Mendengkur Bisa Jadi Tanda Adanya Silent Killer

Para ahli ingatkan untuk mencari tahu penyebab dengkuran pada perempuan.

Rep: Rahma Sulistya/ Red: Reiny Dwinanda
Perempuan tidur (ilustrasi). Perempuan yang berusia di atas 50 tahun yang mendengkur perlu memeriksakan kondisinya lebih lanjut.
Foto: www.freepik.com
Perempuan tidur (ilustrasi). Perempuan yang berusia di atas 50 tahun yang mendengkur perlu memeriksakan kondisinya lebih lanjut.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mendengkur bisa mengganggu orang yang sedang tidur bersama kita, sementara kita mungkin tidak menyadarinya karena itu terjadi saat tidur. Para ahli memperingatkan bahwa ada baiknya untuk mencari tahu penyebab dengkuran tersebut.

Para ahli juga perempuan yang berusia di atas 50 tahun yang mendengkur perlu memeriksakan kondisinya lebih lanjut. Bagi sebagian besar orang, mendengkur adalah kondisi umum dan biasanya tidak disebabkan oleh sesuatu yang serius.

Kebanyakan orang bisa mengubah kebiasaan mendengkur dengan menurunkan berat badan dan mengubah posisi tidur. Namun, bagi sebagian orang lainnya, mengorok bisa berarti ada berisiko mengalami sleep apnea. Dalam kasus yang jarang terjadi, itu bisa berakibat fatal.

Petugas medis di Israel memeriksa ratusan perempuan sebagai bagian dari penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Clinical Medicine. Para perempuan dibagi menjadi dua kelompok usia, pra-menopause (usia 20-40) dan pascamenopause (usia 55 tahun ke atas).

Dilansir The Sun, Selasa (17/5/2022), para ahli mengatakan bahwa 15 persen perempuan yang lebih tua berada pada risiko yang signifikan untuk sleep apnea. Sementara itu, risikonya hanya 3,5 persen dalam kelompok usia perempuan yang lebih muda.

Mereka juga menemukan bahwa 11 persen perempuan yang mendengkur memiliki peningkatan risiko sleep apnea. Itu jika dibandingkan dengan hanya satu persen perempuan yang tidak mendengkur.

"Kurangnya diagnosis dini, terutama terlihat pada salah satu kelompok target demografis, yakni perempuan di atas usia 50 tahun, yang menderita peningkatan insiden gangguan pernapasan saat tidur karena perubahan hormonal yang terjadi selama menopause," ungkap salah seorang peneliti, Prof Ilana Eli.

Tim Prof Eli masih ingin memeriksa dan mengarakterisasi fenomena dalam kelompok itu untuk mengibarkan bendera merah bila perlu. Sebagai bagian dari penelitian, subjek harus mengisi kuesioner tentang kebiasaan tidur mereka.

photo
Mengorok bukanlah tanda tidur nyenyak. - (Republika)

Partisipan harus memberi tahu peneliti bagaimana perasaan mereka ketika mereka bangun di pagi hari. Apakah mereka menggertakkan gigi di malam hari, apakah mereka merasa lelah, atau apakah mereka mengalami sakit kepala. Petugas medis juga memperhitungkan berat peserta, apakah mereka memiliki anak atau tidak.

Para ahli mengatakan bahwa mereka yang mengalami sleep apnea dapat berisiko mengalami kondisi fatal seperti strok. Ada beberapa jenis apnea tidur, tetapi yang paling umum disebut apnea tidur obstruktif.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement