Rabu 18 May 2022 12:53 WIB

Pencemaran Lingkungan Sumbang 9 Juta Kematian

Sebuah laporan menempatkan polusi setara dengan merokok dalam hal kematian global.

Rep: Dwina agustin/ Red: Friska Yolandha
Sejumlah kendaraan parkir dengan latar belakang gedung bertingkat yang diselimuti kabut polusi di Jakarta, Jumat (1/4/2022). Polusi udara luar ruangan yang memburuk dan keracunan timbal telah membuat kematian global akibat pencemaran lingkungan diperkirakan mencapai sembilan juta per tahun sejak 2015.
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Sejumlah kendaraan parkir dengan latar belakang gedung bertingkat yang diselimuti kabut polusi di Jakarta, Jumat (1/4/2022). Polusi udara luar ruangan yang memburuk dan keracunan timbal telah membuat kematian global akibat pencemaran lingkungan diperkirakan mencapai sembilan juta per tahun sejak 2015.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Polusi udara luar ruangan yang memburuk dan keracunan timbal telah membuat kematian global akibat pencemaran lingkungan diperkirakan mencapai sembilan juta per tahun sejak 2015. Laporan tersebut menempatkan polusi setara dengan merokok dalam hal kematian global.

Menurut data tentang tingkat kematian dan polusi global menunjukan, polusi udara dari proses industri bersama dengan urbanisasi mendorong peningkatan tujuh persen dalam kematian terkait polusi dari 2015 hingga 2019. "Kami duduk di panci rebusan dan perlahan-lahan terbakar," kata rekan penulis studi dan kepala Pure Earth Richard Fuller.

Baca Juga

Tapi tidak seperti perubahan iklim, malaria, atau HIV, dunia belum memberikan banyak fokus pencemaran lingkungan. Padahal laporan sebelumnya menyatakan pencemaran lingkungan menyumbang sekitar satu dari setiap enam kematian di seluruh dunia dan menelan biaya ekonomi global hingga 4,6 triliun dolar AS per tahun.

Studi terbaru Pure Earth yang diterbitkan dalam jurnal Lancet Planetary Health menganalisis data 2019 dari Global Burden of Disease. Data tersebut merupakan sebuah studi berkelanjutan oleh University of Washington yang menilai paparan polusi secara keseluruhan dan menghitung risiko kematian.

Analisis baru melihat lebih spesifik pada penyebab polusi, memisahkan kontaminan tradisional seperti asap dalam ruangan atau limbah dari polutan yang lebih modern, seperti polusi udara industri dan bahan kimia beracun. Laporan kali ini menunjukan kematian akibat polutan tradisional menurun secara global.

Tapi penyebab itu tetap menjadi masalah utama di Afrika dan beberapa negara berkembang lainnya. Menurut data yang disesuaikan dengan populasi, air dan tanah yang tercemar dan udara dalam ruangan yang kotor menempatkan Chad, Republik Afrika Tengah, dan Niger sebagai tiga negara dengan kematian terkait polusi paling banyak.

Sedangkan kematian yang disebabkan oleh paparan polutan modern seperti logam berat, bahan kimia pertanian, dan emisi bahan bakar fosil terus melonjak. Rekan penulis dan direktur eksekutif Global Alliance on Health and Pollution yang berbasis di New York Rachael Kupka mengatakan, kenaikan mencapai 66 persen sejak 2000.

Dalam hal polusi udara luar ruangan, beberapa ibu kota besar telah melihat beberapa keberhasilan, termasuk di Bangkok, China, dan Mexico City. Namun di kota-kota kecil, tingkat polusi terus meningkat.

Studi ini pun merilis daftar 10 negara yang paling terpengaruh oleh kematian terkait polusi, berdasarkan temuan mereka tentang kematian yang disesuaikan dengan populasi. Posisi pertama adalah Chad, Republik Afrika Tengah, Niger, Solomon Islands, Somalia, Afrika Selatan, Korea Utara, Lesotho, Bulgaria, dan terakhir Burkina Faso. 

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement