REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Survei kemampuan pelajar yang dirilis oleh Programme for International Student Assessment (PISA) pada tahun 2018 menunjukkan pelajar Indonesia masih memiliki skor kemampuan membaca, matematika, dan sains dibawah rata-rata dunia.
Dalam hal literasi membaca misalnya, anak berusia 15 tahun di Indonesia hanya mampu menoreh perolehan 371 poin dibawah rata-rata 487 poin dari total 79 negara yang terdaftar di The Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD).
Hal ini menjadi alasan pendirian CoLearn untuk menyediakan pembelajaran bagi para pelajar di Indonesia, secara online dan efektif. Setelah bertransformasi dari tempat les offline menjadi startup teknologi edukasi, CoLearn pun menelurkan beberapa inovasi.
Co-Founder sekaligus COO CoLearn Marc Irawan mengatakan salah satu fitur terobosan yang belum pernah ada sebelumnya adalah “Tanya”. Fitur ini adalah salah satu inovasi yang lahir selama pandemi.
Fitur ini yang memungkinkan pelajar untuk mengunggah foto soal-soal latihan dan dalam hitungan detik, CoLearn akan menyediakan video penjelasan tentang cara memahami pertanyaan tersebut secara bertahap.
Memanfaatkan kecerdasan buatan, fitur canggih ini membuat proses belajar menjadi lebih seru, praktis, dan menyenangkan. Tidak heran, dalam waktu kurang dari 6 bulan setelah diluncurkan, fitur “Tanya” telah menjadi andalan untuk 2,5 juta pengguna.
Sebagai informasi CoLearn merupakan startup yang memfokuskan layanannya pada pimpinan belajar secara online. Didirikan pada tahun 2020 oleh Abhay Saboo (CEO), Marc Irawan (COO), dan Sandeep Devaram (CPO), CoLearn telah mendapatkan pendanaan dari investor lokal dan global, seperti AC Ventures, Alpha JWC Ventures, Sequoia India’s Surge, Mahanusa dan Taurus Ventures.