REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS telah merekomendasikan suntikan vaksin booster Covid-19 Pfizer untuk anak-anak usia 5-11 tahun untuk diberikan setidaknya lima bulan setelah rangkaian vaksinasi awal. Administrasi Makanan dan Obat-obatan AS (FDA) mengizinkan vaksinasi dosis penguat pada kelompok usia tersebut awal pekan ini.
"Meskipun sebagian besar kasus Covid-19 cenderung tidak terlalu parah pada anak-anak daripada orang dewasa, gelombang omicron telah membuat lebih banyak anak-anak sakit dan dirawat di rumah sakit," kata Komisaris FDA dr Robert M Califf dalam sebuah pernyataan seperti dilansir dari Today, Jumat (20/5/2022).
Anak-anak juga mungkin mengalami efek jangka panjang bahkan setelah pengobatan. Vaksinasi terus menjadi cara paling efektif untuk mencegah Covid-19 dan konsekuensi parahnya.
Pfizer meminta dosis ketiga vaksinnya diizinkan pada anak-anak berusia lima hingga 11 tahun setelah mengirimkan data yang menunjukkan suntikan booster dosis aman dan dapat membantu melindungi kelompok usia ini dari varian virus corona. FDA mengatakan bahwa tingkat antibodi terhadap virus SARS-CoV-2 satu bulan setelah dosis booster meningkat dibandingkan sebelum dosis booster.
Data yang dirilis Pfizer pada pertengahan April juga menunjukkan bahwa dosis ketiga vaksin meningkatkan antibodi terhadap omicron sebanyak 36 kali pada anak-anak dari kelompok usia ini. Tetapi tidak setiap pejabat kesehatan masyarakat yakin bahwa suntikan lain diperlukan pada anak-anak yang lebih muda.
Sejauh ini, tidak ada ahli yang khawatir akan keamanan dosis booster pada anak-anak, tetapi beberapa di antaranya mempertanyakan waktu pemberiannya dan apakah booster diperlukan sebagai alat resmi darurat pada tahap ini dalam pandemi. Hal ini diutarakan oleh dr Phil Krause, mantan wakil direktur Kantor Penelitian dan Peninjauan Vaksin FDA.
"Booster Covid-19 sangat aman sehingga merekomendasikan untuk orang tua dan yang berisiko tinggi terkena Covid-19. Tapi apakah perlu booster pada orang sehat (termasuk anak-anak) yang sebelumnya divaksinasi dan terinfeksi," kata dr Krause.
Krause menjelaskan bahwa data primer yang tersedia yang mendukung booster untuk kelompok usia ini hanya mengukur peningkatan kadar antibodi, tetapi gagal untuk mempertimbangkan respons imun lain yang penting dalam memprediksi perlindungan jangka panjang pada anak-anak. Dia mengatakan bahwa perlu lebih dipahami tentang berapa lama perlindungan booster sebenarnya berlangsung.