Sabtu 21 May 2022 20:32 WIB

Long Covid Sebabkan Penurunan Kadar Pembekuan Darah

'Long Covid' juga sebabkan tes kekuatan olahraga menurun.

Rep: Rahma Sulistya/ Red: Nora Azizah
Sebuah studi yang diterbitkan dalam jurnal Blood Advances baru-baru ini menemukan penurunan peningkatan kadar penanda pembekuan darah
Foto: Pixabay
Sebuah studi yang diterbitkan dalam jurnal Blood Advances baru-baru ini menemukan penurunan peningkatan kadar penanda pembekuan darah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah studi yang diterbitkan dalam jurnal Blood Advances baru-baru ini menemukan penurunan peningkatan kadar penanda pembekuan darah pada satu dari dua orang (55 persen) dengan long Covid. Kemudian, juga memiliki hasil tes kekuatan olahraga yang menurun.

“Saya berharap orang-orang akan melihat penelitian ini sebagai langkah maju dalam memahami apa yang menyebabkan long Covid,” ungkap penulis studi yang juga seorang peneliti di University College London Hospital, Dr Nithya Prasannan, dilansir dari Medical News Today, Sabtu (21/5/2022).

Baca Juga

Menurut WHO, lebih dari 500 juta orang di seluruh dunia pernah didiagnosis dengan Covid-19. Meskipun perkiraannya sangat bervariasi, meta-analisis baru-baru ini menunjukkan bahwa hampir sepertiga dari semua penyintas Covid-19, mengalami long Covid hingga tiga bulan.

Beberapa gejala umum long Covid adalah penurunan kapasitas olahraga, mudah lelah, sesak napas, nyeri otot, kabut otak, dan sakit kepala. Meskipun banyak orang alami long Covid, mekanisme yang mendasari gejala long Covid ini masih tidak dipahami dengan baik.

Studi terbaru juga menunjukkan bahwa individu dengan long Covid lebih mungkin mengembangkan gumpalan kecil di kapiler darah, dan menunjukkan kelainan pada tingkat yang mendorong pembekuan darah. Penggumpalan mikro itu bisa mengganggu suplai oksigen dan nutrisi ke tubuh, sehingga berpotensi mengakibatkan gejala COVID yang berkepanjangan seperti kelelahan.

Covid-19 akut juga dikaitkan dengan peningkatan risiko pembekuan darah. Secara konsisten, individu dengan Covid-19 akut lebih cenderung menunjukkan peningkatan kadar protein, yang mendorong pembekuan darah.

Salah satu protein itu adalah von Willebrand Factor (VWF), yang membantu membentuk gumpalan untuk menutup pembuluh darah yang rusak di lokasi cedera. Selanjutnya, enzim yang disebut ADAMTS13 memecah protein VWF menjadi fragmen yang lebih kecil, untuk mengurangi aktivitasnya dan mencegah pembentukan gumpalan di pembuluh darah.

Peningkatan rasio VWF terhadap ADAMTS13 dikaitkan dengan peningkatan risiko pembekuan darah pada Covid-19 akut. Kondisi seperti itu yang melibatkan peningkatan risiko pembekuan darah yang disebut sebagai keadaan protrombotik.

Penelitian ini terdiri dari 330 orang yang memiliki gejala persisten tiga bulan atau lebih setelah infeksi SARS-CoV-2, dan mengunjungi klinik rawat jalan long Covid. Mayoritas (83 persen) tidak pernah dirawat di rumah sakit.

Pada saat kunjungan, para peneliti melakukan dua tes untuk menilai daya tahan dan kapasitas olahraga para peserta. Tes olahraga ini melibatkan berjalan dengan kecepatan normal selama enam menit, dan berulang kali beralih dari posisi duduk ke posisi berdiri selama satu menit.

Para peneliti menggunakan monitor oksigen untuk mengukur kadar oksigen darah selama tes. Mereka juga mengukur perubahan kadar laktat darah yang diproduksi oleh tubuh, ketika ada pasokan oksigen yang tidak mencukupi untuk menopang aktivitas otot.

Untuk menilai risiko pembekuan darah, para peneliti menggunakan sampel darah untuk mengkategorikan peserta menjadi dua kelompok berdasarkan apakah rasio VWF/ADAMTS13 mereka normal (kurang dari 1,5) atau abnormal (lebih besar atau sama dengan 1,5).

Para peneliti menemukan bahwa sekitar 28 persen dari peserta penelitian memiliki tingkat VWF/ADAMTS13 yang tidak normal. Rasio VWF/ADAMTS13 tidak berkorelasi dengan tingkat keparahan gejala long Covid, termasuk sakit kepala, kelelahan, dan defisit kognitif.

Rasio VWF/ADAMTS13 yang lebih tinggi, mungkin menunjukkan bahwa beberapa penyintas Covid memiliki kecenderungan untuk menghasilkan gumpalan mikro, yang berpotensi mengganggu aliran darah normal melalui berbagai area penting seperti sirkulasi paru-paru atau otak. Jadi, dalam kondisi normal, pasien mungkin merasa normal dan terkompensasi, sedangkan upaya fisik atau mental bisa terlihat kurangnya cadangan kompensasi dan menghasilkan gejala yang khas.

Hipotesis ini secara mekanis sangat menarik, tetapi harus diingat bahwa mayoritas pasien long Covid memiliki rasio VWF/ADAMTS13 yang normal. Entah kelainan yang terdeteksi hanya satu dari banyak mekanisme yang menimbulkan gejala dari long Covid, atau mungkin tidak ada hubungan sebab akibat.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement