REPUBLIKA.CO.ID, MALANG--Mendidik anak harus sesuai dengan zaman karena seorang anak tidak hidup di zaman saat orang tuanya masih belia. Hal itu disampaikan oleh Guru Besar Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Profesor Yus M. Cholily dalam Seminar Nasional Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) UMM, beberapa waktu lalu.
Yus melanjutkan bahwa dalam menjalankan profesi sebagai pendidik, pemahaman akan cara mendidik sesuai dengan zaman amat diperlukan. Ia mengutip pendapat Alvin Toffler yang mengatakan bahwa buta huruf di abad 21 bukanlah mereka yang tidak bisa membaca dan menulis. "Melainkan mereka yang tidak mampu melakukan learn, unlearn dan relearn," ungkapnya.
Yus menekankan agar pendidik harus membekali diri dengan banyak hal. Salah satunya yakni keterampilan mengajar berbasis problem based learning atau project based learning. Hal ini penting mengingat semakin kompleksnya tantangan-tantangan yang harus dihadapi oleh dunia pendidikan di abad ini.
Pada kesempatan yang sama, Dosen PGSD UMM, Endang Poerwanti menyampaikan topik terkait “Inovasi Pembelajaran di Era Merdeka Belajar Era Society 5.0”. Ia memaparkan lebih dalam mengenai teknologi akan mendatangkan beribu kemudahan. Namun tanpa disadari manusia akan kehilangan kemampuan dan harkat kemanusiaannya.
Dalam dunia Pendidikan, teknologi memiliki peranan yang sangat signifikan, bahkan dikhawatirkan mampu menggantikan profesi guru. Namun menurutnya, hal tersebut tidak akan terjadi.“Mungkin teaching dan coaching bisa saja digantikan oleh teknologi. Namun ketika sudah masuk dalam aspek touching, sentuhan-sentuhan emosional, menumbuhkan sifat-sifat humanistik, itu yang menjadi tantangan dan tanggung jawab kita bersama sebagai guru. Jadi sebenarnya peran guru selamanya tidak akan tergantikan. Jangan khawatir,” ucapnya.
Selain itu, Endang juga menjelaskan tantangan pada era pendidikan saat ini semakin berat. Kualitas dan kuantitas permasalahan juga semakin meningkat. Kemudian juga tentang kemampuan untuk menyelesaikan masalah dan kemampuan tentang kemanusiaan. "Menurut hemat saya, orang-orang yang humanis itu di manapun akan bisa mengalahkan teknologi,” jelasnya.