REPUBLIKA.CO.ID, MANCHESTER -- Tesla merupakan mobil yang dikemas sebagai kendaraan digital. Sejumlah fiturnya pun bisa diakses dari jauh lewat konektivitas dalam produk Amerika tersebut.
Namun, kecanggihan itu ternyata juga disertai dengan kerentanan digital. Sebab, beberapa waktu lalu seorang peneliti cybersecurity dari Jerman telah membuktikan bahwa konektivitas dalam mobil Tesla bisa diretas.
Dikutip dari The Seattle Times pada Senin (23/5), hal ini pun mendapat perhatian dari sebuah perusahaan keamanan bernama NCC Group. Principal Security Consultant NCC Group, Sultan Qasim Khan mengatakan, produsen otomotif pun diharapkan bisa segera melalukan perbaikan sistem keamanan kendaraan.
Sebab, peretasan itu bisa dilakukan dengan mudah dan cepat. Apalagi, sejumlah perangkat yang dibutuhkan pun dijual bebas dengan harga yang relatif murah.
Menurutnnya, peretasan itu disebut dengan relay attack karena peretasan dilakukan dengan menggunakan dua perangkat keras kecil yang meneruskan komunikasi.
Peretasan itu dilakukan dengan meletakan relay dalam jarak sekitar 10 meter dari smartphone atau kunci mobil dari pemilik Tesla. Kemudian, perangkat kedua disambungkan pada laptop yang terletak di dekan mobil target.
Dengan bantuan dua perangkat dan satu software khsusu itu, maka peretas bisa dengan mudah membobol sistem keamanan dalam kendaraan tersebut. Total, peretasan itu hanya membutuhkan anggaran untuk membeli perangkat dan software senilai sekitar 150 dolar AS saja.
Dengan proses peretasan selama sekitar 10 detik saja, maka peretas sudah bisa membuka pintu mobil, menyalakan mesin dan mengakses sejumlah fitur lainya.