Selasa 24 May 2022 01:45 WIB

Inggris Terapkan Karantina 21 Hari Penderita Cacar Monyet

Warga Inggris yang berisiko kontak erat dengan pasien juga wajib karantina.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Nora Azizah
Warga Inggris yang dinilai berisiko karena melakukan kontak erat dengan pasien cacar monyet diharuskan untuk menjalani karantina.
Foto: CDC via AP
Warga Inggris yang dinilai berisiko karena melakukan kontak erat dengan pasien cacar monyet diharuskan untuk menjalani karantina.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Warga Inggris yang dinilai berisiko karena melakukan kontak erat dengan pasien cacar monyet diharuskan untuk menjalani karantina. Menurut panduan, karantina ini bisa berlangsung hingga 21 hari.

Panduan tersebut pertama kali diperkenalkan di Inggris pada 2018 ketika ada kasus cacar monyet ditemukan di negara tersebut. Hingga saat ini, panduan tersebut belum mengalami perubahan.

Baca Juga

Berdasarkan panduan ini, individu yang berisiko dapat dibagi ke dalam tiga kategori. Kategori ini ditentukan berdasarkan tingkat paparan yang dialami tiap individu. Individu dengan risiko tertinggi diharuskan untuk karantina selama 21 hari.

"Untuk kategori kontak tertinggi (karantina) 21 hari, terhitung dari mereka berinteraksi dengan penderita cacar monyet," ungkap UK Health Security Agency (UKHSA), seperti dilansir Mirror.co.uk, Selasa (24/5/2022).

Penentuan lamanya masa karantina pada individu berisiko akan ditentukan secara kasus per kasus. Oleh karena itu, tiap individu berisiko bisa memiliki masa karantina yang berbeda-beda. Berikut ini adalah pembagian kategori tersebut:

 

Level Tiga (Risiko Tinggi)

Seseorang bisa dimasukkan ke dalam kategori ini bila melakukan kontak langsung tanpa pelindung dengan pasien cacar monyet. Individu dengan tingkat risiko level tiga harus menjalani isolasi mandiri selama 21 hari dan berhak mendapatkan izin untuk tidak melakukan pekerjaan dan tidak diperkenankan melakukan perjalanan.

Selain itu, individu dengan tingkat risiko level tiga juga harus menghindari kontak dengan orang yang dianggap rentan. Beberapa di antaranya adalah individu dengan gangguan imun, wanita hamil, dan anak berusia di bawah 12 tahun.

 

Level Dua (Risiko Sedang)

Seseorang dapat dikelompokkan dalam kategori ini bila tidak berkontak langsung dengan lesi kulit pasien cacar monyet, tapi masih melakukan kontak fisik lain. Mereka yang kemungkinan terpapar oleh droplet pasien cacar monyet atau berada dalam jarak 1 meter dari pasien cacar monyet juga masuk ke dalam level dua.

Kelompok ini sebenarnya tidak diharuskan untuk menjalani karantina. Tetapi, tim kesehatan akan melakukan pengecekan selama 21 hari untuk memantau ada atau tidaknya kemunculan gejala cacar monyet.

Individu berstatus level dua juga disarankan untuk tidak berkontak dengan kelompok rentan, seperti orang dengan gangguan imun, wanita hamil, dan anak di bawah usia 12 tahun. Mereka juga diperbolehkan izin dari pekerjaan hingga tiga pekan bila mereka memiliki pekerjaan yang harus berkontak dengan kelompok rentan.

 

Level Satu (Risiko Rendah)

Seseorang bisa dikelompokkan dalam kategori ini bila melakukan kontak erat dengan pasien cacar monyet sambil mengenakan alat pelindung diri (APD). Seseorang yang berada dalam jarak 1-3 meter dari pasien cacar monyet, misalnya individu yang duduk berjarak tiga baris bangku dari orang yang terinfeksi di dalam pesawat.

Individu yang berstatus level satu tidak memiliki restriksi apa pun. Akan tetapi, mereka diminta untuk berkontak dengan tim kesehatan bila mengalami gejala cacar monyet.

Baca juga : Inggris Konfirmasi 37 Kasus Cacar Monyet

Mewaspadai Penularan Cacar Monyet

Para ahli mengungkapkan bahwa cacar monyet sebenarnya tidak mudah menular dari satu orang ke orang lain. Penularan baru bisa terjadi bila seseorang melakukan kontak erat dengan hewan terinfeksi, manusia terinfeksi, atau benda yang terkontaminasi oleh virus monkeypox.

Virus ini bisa masuk ke dalam tubuh melalui kulit yang rusak, meski kerusakan tersebut tidak terlihat oleh mata. Virus juga dapat masuk lewat saluran pernapasan atau membran mukosa yang berada di mata, hidung, atau mulut.

Penularan dari orang ke orang bisa terjadi lewat kontak dengan baju, sprei, hingga handuk yang sebelumnya digunakan oleh individu terinfeksi. Penularan ini juga dapat terjadi lewat kontak langsung dengan lesi cacar monyet di kulit penderita serta dari paparan //droplet// pasien cacar monyet yang batuk atau bersin.

Orang yang terkena cacar monyet biasanya akan membaik dalam waktu empat pekan. Namun dalam beberapa kasus, infeksi virus monkeypox bisa mematikan dengan tingkat kematian sekitar 1 persen.

Baca juga : Biden: Cacar Monyet Tidak Sama Tingkat Kekhawatirannya dengan Covid-19

Beberapa gejala awal dari cacar monyet adalah demam, sakit kepala, nyeri otot, nyeri punggung, pembengkakan kelenjar getah bening, panas dingin, dan lelah. Ruam atau bintil-bintil khas cacar monyet biasanya muncul dalam waktu lima hari setelah terinfeksi. Kemunculan ruam dan bintil-bintil ini umumnya dimulai dari wajah, lalu menyebar ke tubuh.

"Seorang individu dapat menularkan penyakit sampai semua korengnya lepas dan ada kulit baru yang utuh terbentuk di bawahnya, koreng tersebut juga bisa mengandung material virus yang menular," jelas UKHSA.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement