Oleh wartawan Republika, Bilal Ramadhan
REPUBLIKA.CO.ID, Usai ajang Piala Thomas 2022 dengan finish sebagai runner up karena dikalahkan India dengan 0-3, pasangan veteran Indonesia, Hendra Setiawan dan Mohammad Ahsan mengisyaratkan untuk tidak lagi bermain di Piala Thomas selanjutnya.
Di akun Instagram pribadinya, Hendra mengatakan Piala Thomas 2022 merupakan Piala Thomas terakhirnya. Hendra juga berterima kasih kepada seluruh anggota tim untuk perjuangan dan semangat yang luar biasa. Hendra juga berpesan untuk merebut kembali Piala Thomas pada 2024 mendatang.
Setali tiga uang, Ahsan juga menyuarakan hal yang sama. Ahsan mengatakan akhirnya selesai sudah perjuangannya untuk Piala Thomas. Dia menceritakan, awal membela Indonesia dalam perebutan Piala Thomas pada 2010 dan kemudian hingga 2022 ini. Ahsan juga mengatakan hal ini akan menjadi memori yang indah dalam karirnya. Tak lupa Ahsan membubuhi unggahannya dengan tagar #lastthomascup.
Pernyataan Hendra dan Ahsan atau kerap dikenal dengan sebutan Daddies ini untuk mengakhiri karir di Piala Thomas memang sangat beralasan. Usia yang tak lagi muda tentu menjadi alasan utama. Hendra saat ini sudah menginjak 37 tahun dan Ahsan pun sudah berusia 34 tahun.
Meski masih bugar, tetap saja dalam sebuah pertandingan, apalagi melawan para pemain muda, usia tidak berbohong. Selama Piala Thomas 2022 ini, Ahsan selalu diplot menjadi ganda putra pertama. Sekali turun bersama Hendra Setiawan, dan sisanya dipasangkan dengan Kevin Sanjaya Sukamuljo.
Absennya Marcus Fernaldi Gideon memang tampaknya cukup mengurangi kekuatan tim. Saat ini Marcus masih dalam proses pemulihan pascaoperasi. Marcus dan Kevin saat ini masih sebagai pasangan peringkat 1 dunia.
Selain usia, baik Hendra maupun Ahsan telah memenuhi mimpinya untuk meraih Piala Thomas yang sempat diboyong pada 2020 lalu. Mengakhiri puasa tim Indonesia selama 18 tahun. Khusus untuk Hendra, Piala Thomas 2020 lalu melengkapi prestasinya selama karirnya di dunia bulu tangkis.
Saat Taufik Hidayat dkk meraih Piala Thomas 2002, Hendra baru mengawali karirnya dengan membawa tim Indonesia meraih medali emas di Kejuaraan Dunia Junior 2002. Di level senior, Hendra dipasangkan dengan (alm) Markis Kido di ganda putra. Pasangan ini pun moncer. Pasangan ini menjadi Juara Dunia pada 2007 dan puncaknya meraih medali emas Olimpiade 2008.
Usai Olimpiade 2012, Hendra dipasangkan dengan Mohammad Ahsan. Hendra kembali Berjaya setelah sempat meredup usai meraih emas Olimpiade 2008. Bersama Ahsan, Hendra meraih empat gelar juara dunia yaitu pada 2013, 2015 dan 2019. Juara All England 2014 dan Indonesia Terbuka 2013 juga telah diraih pasangan ini. Praktis, untuk Hendra sudah tidak ada gelar yang belum dia dapatkan. Sedangkan untuk Ahsan, mungkin medali emas Olimpiade masih akan menjadi angan-angan ke depannya.
Dan alasan selanjutnya, bisa jadi baik Hendra maupun Ahsan siap melepas karirnya karena melihat junior-juniornya di ganda putra telah tumbuh pesat prestasinya. Sehingga Hendra dan Ahsan merasa rela untuk ‘turun gunung’ karena percaya dengan junior-juniornya.
Junior persis di bawah Hendra/Ahsan pastinya kita akan merujuk pada Marcus/Kevin yang saat ini berada di peringkat 1 dunia. Mendampingi Hendra/Ahsan yang masih kokoh bercokol di dua dunia.
Selama ini Marcus/Kevin selalu menjadi ganda pertama Indonesia dalam kejuaraan beregu seperti Piala Thomas. Dalam berbagai turnamen dunia pun, pasangan ini masih bisa berjaya di tengah ganda putra dari negara lain.
Di bawah Marcus/Kevin, ada Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto. Meski selama ini mereka ada di bawah bayang-bayang kebesaran Marcus/Kevin dan Hendra/Ahsan, Fajar/Rian masih mampu berprestasi di turnamen-turnamen level menengah.
Tahun ini, Fajar/Rian telah menjuarai Swiss Terbuka, finalis Korea Terbuka dan baru saja menjadi finalis Thailand Terbuka karena Fajar mengalami cedera sehingga tidak bisa meneruskan bertanding di babak final.
Di bawah tiga pasangan senior ini, ada tiga pasangan muda yang kini sedang naik daun. Dan bahkan mereka seolah-olah sedang membagi-bagi gelar juara. Peringkat tiga pasangan ini pun sudah masuk dalam 25 besar dunia.
Pasangan pertama yaitu Bagas Maulana/Muhammad Shohibul Fikri yang mengejutkan dunia dengan menjadi juara All England 2022. Cara memukul bola-bola halus di depan net dan kekuatan pukulan dari lapangan belakang menjadi modal utama Bagas/Fikri.
Para ganda putra 10 besar dunia telah merasakan ketangguhan pasangan ini di lapangan. Marcus/Kevin dan Hendra/Ahsan pun pernah dikalahkan pasangan berusia 22-23 tahun ini. Bagas/Fikri saat ini berperingkat 20 dunia.
Di bawah Bagas/Fikri, ada Pramudya Kusumawardana/Yeremia Erich Yoche Rambitan. Pasangan ini termasuk baru dipasangkan pada Maret 2021 lalu. Pasangan atraktif ini langsung membuat kejutan dengan menjadi juara di Spain Masters 2021. Dan di tahun ini, mereka lagi-lagi membuat kejutan dengan menjadi Juara Asia 2022. Saat ini, Pramudya/Yeremia berperingkat 16 dunia.
Di ajang SEA Games 2021 di Vietnam, Pramudya/Yeremia juga hampir saja meraih medali emas di sektor ganda putra. Namun di final, mereka dihentikan junior mereka, Leo Rolly Carnando/Daniel Marthin yang kemudian meraih medali emas.
Jika Pramudya dan Yeremia berusia 21-22 tahun, Leo dan Daniel masih berusia 20 tahun. Setelah menjadi juara dunia junior pada 2019, aksi Leo/Daniel memang sudah ditunggu para pecinta bulu tangkis tanah air.
Pada perebutan Piala Thomas 2020, Leo/Daniel ikut memberikan sumbangsih dalam mengembalikan piala itu sejak 2002 lalu. Dan kini, leo/Daniel mampu ikut mencuri gelar juara dari seniornya di ajang SEA Games 2021. Saat ini, Leo/Daniel berperingkat 23 dunia.
Depan para junior yang silih berganti berprestasi, sangat wajar jika Hendra dan Ahsan menaruh harapan besar kepada junior-juniornya. Sehingga setelah benar-benar pensiun dan gantung raket, Hendra dan Ahsan sudah lega memberikan kesempatan kepada junior-juniornya untuk lebih berjaya di tingkat dunia.