Selasa 24 May 2022 17:31 WIB

Polisi Manfaatkan Deepfake untuk 'Hidupkan Kembali' Bocah yang Tewas 19 Tahun Lalu

Sedar Soares ditembak mati pada tahun 2003 saat melempar bola.

Rep: Meiliza Laveda/ Red: Dwi Murdaningsih
Kecerdasan buatan (Ilustrasi)
Foto: Flickr
Kecerdasan buatan (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, ROTTERAM – Polisi Belanda memanfaatkan deepfake untuk “menghidupkan” kembali bocah laki-laki berusia 13 tahun yang tewas hampir dua dekade lalu. Setelah menggunakan teknologi itu, polisi mendapatkan sejumlah informasi terkait kasus itu. Deepfake adalah teknologi yang digunakan untuk sintesis citra manusia berdasarkan kecerdasan buatan.

Bocah yang bernama Sedar Soares ditembak mati pada tahun 2003 saat melempar bola salju dengan teman-temannya di tempat parkir stasiun metro Rotterdam. Namun, hingga kini, polisi belum menemukan pelaku di balik pembunuhan tragis itu.

Baca Juga

Kini atas izin keluarga korban, polisi membuat video yang memperlihat sosok Sedar meminta masyarakat untuk membantu menyelesaikan cold case itu. Gambar Sedar tampak sangat hidup di video dan menyapa kamera serta mengambil bola.

Ditemani iringan musik, dia berjalan di lapangan melewati mantan guru dan teman-temannya. “Seseorang pasti tahu siapa yang membunuh saudaraku tersayang. Oleh karena itu, dia “dihidupkan” kembali. Apakah kamu tahu lebih banyak? Ungkapkanlah,” kata Sedar sebelum gambarnya menghilang dari lapangan. Video itu juga memberikan rincian kontak polisi.