REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Ikatan Penerbit Indonesia (Ikapi), Arys Hilman Nugraha, mengungkapkan, pembicaraan mengenai darurat buku saat ini memang penting. Namun, ada hal lain yang tidak kalah pentingnya, yang saat ini juga sedang terjadi di Indonesia, yakni darurat membaca buku.
"Bagi kami, selain kita penting bicara soal darurat buku, tidak kalah pentingnya adalah kita sedang mengalami darurat baca buku," ungkap Arys dalam webinar, Rabu (25/5).
Arys mengatakan, Ikapi semestinya berada di hulu persoalan buku di Indonesia saat ini. Persoalan mengenai penerbitan buku-buku yang bermutu, menarik, murah, dan dapat menyebarluaskannya secara merata kepada masyarakat dapat diselesaikan dengan baik oleh penerbit.
"Saat ini, tidak mungkin juga kita mengabaikan aspek di hilir bahwa masyarakatnya harus literat, harus gemar membaca, dan buku kami harus sampai ke tangan masyarakat," kata dia.
Terkait rasio antara jumlah penduduk dengan buku yang tersebar di seluruh masyarakat, dia melihat apa yang terjadi di Indonesia tidak begitu cerah, terlebih setelah pandemi Covid-19 melanda. Dia mengungkapkan, perbedaan data penerbitan jumlah ISBN yang mencapai 159 ribu judul buku pada 2021.
"Yang terjadi secara umum pada anggota Ikapi justru adalah penurunan luar biasa. Ini bukan sekadar pada jumlah judul baru, tapi juga pada setiap cetak itu sekarang terjadi penurunan," kata Arys.
Dulu, kata dia, Ikapi pernah mengalami masa di mana satu judul buku bisa mencetak 4.000-5.000 eksemplar. Namun, kemudian turun menjadi hanya 3.000 eksemplar per judul buku. Jumlahnya kembali menurun setelah pandemi Covid-19 melanda.
"Ini agak berbeda dan ini mencerminkan apa yang menjadi hipotesis kami, ada hubungan antara indeks literasi dengan penyerapan buku pada saat pandemi," kata dia.
Dalam kesempatan yang sama, Perpustakaan Nasional (Perpusnas) RI menyatakan telah melakukan pemetaan kondisi kegemaran membaca di Indonesia. Lewat kajian kegemaran membaca masyarakat indonesia di tahun 2021, yang mencakup 34 provinsi di Indonesia, nilai tingkat gemar membaca masyarakat Indonesia pada 2021 mencapai angka 59,52 dari skala 0-100.
"Termasuk dalam peringkat sedang. Dan ini terus meningkat sejak tahun 2016 di angka 26, kemudian 2017 di angka 37, yang artinya masih rendah, dan baru di tahun 2018 mencapai angka 50 dengan predikat sedang," kata Deputi Bidang Pengembangan Sumber Daya Perpustakaan Perpusnas RI, Deni Kurniadi.