Kamis 26 May 2022 16:00 WIB

Menopause Bisa Terjadi pada Pria, Ini Tanda-Tandanya

Pria dalam kelompok usia menopause bisa mengalami depresi dan kehilangan gairah seks.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Qommarria Rostanti
Tanda-tanda menopause pada pria. (ilustrasi).
Foto: www.freepik.com.
Tanda-tanda menopause pada pria. (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pada usia 40-an hingga awal 50-an, pria mungkin mengalami perubahan dalam perilaku, suasana hati, hingga metabolisme. Beberapa pria dalam kelompok usia menopause bisa mengalami depresi, kehilangan gairah seks, disfungsi ereksi, perubahan suasana hati, dan mudah marah.

National Health Service (NHS) di Inggris menilai perubahan ini bukan dipicu penurunan testosteron, melainkan efek dari menopause pada pria. Sebab, kadar testosteron pria memang akan menurun sebanyak dua persen per tahun sejak usia 30 tahun.

Selain perubahan suasana hati, di usia paruh baya mereka juga lebih mungkin memiliki perut buncit, kekurangan energi, insomnia, dan konsentrasi buruk serta memori jangka pendek. Namun, gejala-gejala ini kemungkinan besar disebabkan oleh faktor gaya hidup seperti stres, depresi, dan kecemasan. Masalah psikologis dapat disebabkan oleh pekerjaan atau masalah interpersonal. Contohnya termasuk perceraian, masalah finansial, atau kekhawatiran tentang penuaan.

Sudut pandang mencapai usia paruh baya juga dapat memicu kecemasan dan suasana hati yang buruk, terutama jika Anda belum mencapai apa yang diinginkan selama ini. "Kecemasan atas apa yang telah mereka capai sejauh ini, baik dalam pekerjaan atau kehidupan pribadi mereka, dapat menyebabkan periode depresi," kata NHS seperti dilansir di Express, Kamis (26/5/2022).

Penyebab lain dari menopause pria mungkin termasuk kurang tidur, pola makan yang buruk, kurang olahraga, terlalu banyak minum alkohol, merokok, dan tingkat percaya diri rendah. Direktur medis di Manual, dr Earim Chaudhry, memperingatkan bahwa hipogonadisme onset lambat juga dapat menyebabkan gejala ini.

Menurut NHS, hipogonadisme adalah di mana testis menghasilkan sedikit atau tidak sama sekali hormon. Kondisi ini lebih berisiko pada pria gemuk, atau mereka yang memiliki diabetes tipe 2.

Kondisi tersebut bukan bagian normal dari penuaan. Tes darah akan diperlukan untuk diagnosis.

Jika kekurangan testosteron diidentifikasi, Anda mungkin dirujuk ke ahli endokrin. Perawatan mungkin melibatkan penggantian testosteron untuk memperbaiki kekurangannya. Terapi penggantian hormon diyakini bisa meredakan gejala. Ini tersedia dalam berbagai bentuk termasuk tablet, patch, gel, implan, atau suntikan.

Jika gejala yang terkait dengan menopause pria bukan karena kondisi kesehatan yang mendasarinya, terapi dapat bermanfaat. Salah satu teknik terapi yang berguna disebut terapi perilaku kognitif (CBT). Jenis terapi ini dapat berguna dalam mengidentifikasi dan mengubah pikiran negatif otomatis.

CBT banyak digunakan untuk kasus kecemasan dan depresi, sementara obat juga dapat ditawarkan misalnya antidepresan.

 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement