REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Toyota Motor Corp untuk kedua kalinya memangkas rencana produksi global bulan Juni dan mengisyaratkan perkiraan hasil produksi setahun penuh dapat diturunkan. Hal itu menyoroti kesulitan dari krisis rantai pasokan dan lockdown China.
Produksi pembuat mobil global telah dilanda kekurangan microchip dan terdampak lockdown Covid-19 di China. Dikutip dari Reuters, Sabtu (28/5/2022), pengurangan oleh Toyota terjadi sehari setelah data menunjukkan penjualan mobil di China, Eropa, dan Amerika Serikat tetap lemah. Produsen mobil terbesar Jepang itu mengatakan perkiraan saat ini adalah untuk memproduksi sekitar 50.000 lebih sedikit kendaraan pada bulan Juni, dengan total sekitar 800.000 unit, karena lockdown di Shanghai, China.
Toyota sudah memotong rencananya untuk bulan yang sama dengan 100.000 kendaraan pada hari Selasa lalu, dengan alasan kekurangan chip. Toyota mengatakan ada kemungkinan bahwa mereka dapat menurunkan rencana produksi setahun penuh sebesar 9,7 juta kendaraan.
"Sangat sulit untuk memperkirakan situasi pasokan suku cadang saat ini karena lockdown yang sedang berlangsung di Shanghai," kata perusahaan.
Kurangnya kepastian suku cadang telah menjadi halangan yang konstan bagi para pembuat mobil, baik di Jepang maupun di tempat lain. Mengingat bahwa China adalah pasar mobil terbesar di dunia dan raksasa manufaktur global, lockdown di sana memiliki implikasi untuk penawaran dan permintaan, kata para analis.
Bulan ini, Subaru Corp memperingatkan bahwa dilernya di AS memiliki rekor stok rendah sekitar 5.000 kendaraan tersisa, sementara Honda Motor Corp mengatakan akan memangkas produksi sebesar 20 persen di dua pabrik domestik. Toyota mengatakan bahwa model Corolla, RAV4, Prius, dan 4Runner akan terkena dampak penangguhan produksi.